Ferdy Sambo Sebut Wanita Nangis di Rumahnya Cuma Karangan Bharada E
- VIVA/M Ali Wafa
BANDUNG – Terdakwa pembunuhan berencana Brigadir Yosua, yaitu Ferdy Sambo buka suara soal kesaksian Bharada E yang menyebut ada wanita yang menangis keluar dari rumah pribadi di Jalan Bangka, Kemang, Jakarta Selatan.
Ferdy Sambo mengatakan keterangan dari mantan ajudannya itu tidak benar dan tidak sesuai fakta. Dia juga menyebut bahwa tidak ada motif lain terkait pembunuhan Brigadir Yosua selain dugaan pelecehan seksual.
"Enggak ada (perempuan yang menangis keluar dari rumah di Jalan Bangka). Tidak benar keterangan dia itu, ngarang - ngarang keterangan dia (Bharada E). Tidak ada motif lain, apalagi itu berselingkuh," ujar Sambo kepada wartawan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Selasa 6 Desember 2022.
Ferdy Sambo juga mengaku bakal mencecar Bharada E dalam persidangan selanjutnya soal kesaksiannya tersebut.
"Kita juga tanyakan di persidangan, siapa yang nyuruh dia ngarang - ngarang seperti itu," kata Sambo.
Sebelumnya diberitakan, saat memberikan kesaksiannya dihadapan Majelis Hakim, Bharada E mengatakan bahwa saat dirumah Ferdy Sambo yang berada di Jalan Bangka itu ada peristiwa dimana muncul perempuan menangis dari dalam rumah di Jalan Bangka tersebut.
Hal tersebut, berawal saat Majelis Hakim bertanya terkait peristiwa apa yang membuat Putri Candrawathi dan Ferdy Sambo mengalami pertengkaran dalam rumah tangganya.
"Ada peristiwa lain yang misalnya semacam pertengkaran PC dng FS?," tanya Hakim.
"Pada waktu bulan Juli saya agak lupa tanggalnya saya sempat naik piket akhir Mei bersama almarhum (Brigadir Yosua) padahal almarhum ini ajudan ibu, tapi karena bang Mathius menjaga di Saguling, yang naik piket saya sama almarhum, selepas piket saya balik ke saguling," ujar Richard Eliezer.
"Ada kejadian tiba-tiba ibu turun, almarhum juga turun bawa senjata langsung taro di mobil," sambung dia.
Tak lama berselang itu, Putri langsung memanggil ketiga ajudan tersebut, yakni Bharada RE, Brigadir Yosua dan Mathius Marey. Kemudian, kata Richard, mereka berempat langsung naik ke mobil dan berkeliling kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
"Sempat nanya ke almarhum ini mau ke mana, mereka di depan, itu perjalanan ada muter-muter di kemang, akhirnya kita balik ke kediaman bangka," kata Richard.
Lalu, ketiga ajudan hingga Putri Candrawathi langsung bersinggah sejenak di rumah Jalan Bangka tersebut. Kata Richard, saat itu Putri dalam kondisi marah namun dirinya tak berani bertanya penyebab kemarahannta tersebut.
"Bang Yos bilang chad parkir mobil ke belakang, setengah jam kemudian pak FS pulang dianter saddam," kata Richard.
Kemudian, Richard menegaskan bahwa setibanya Ferdy Sambo di rumah Bangka pun juga turut dalam kondisi marah. Namun, Ferdy Sambo langsung masuk ke dalam rumah.
Selanjutnya, Yosua pun akhirnya berucap dengan menghimbau Richard bahwa akan ada teman Ferdy Sambo yang datang ke rumah tersebut. Kendati, Richard tidak mengetahui kedatangan teman Ferdy Sambo.
"Pak FS kayak marah-marah juga langsung masuk ke dalam rumah. Almarhum bilang Chad nanti ada Pak Eben yang datang rekannya bapak," beber Richard.
"Pas datang saya enggak lihat...Bang Yos bilang tidak ada selain kami berdua (Yos dan Matheus) yang ada di dalam rumah, area kediaman Bangka. Yang di belakang ada Romer, Saddam, art di depan ada saya, alfon sekuriti," sambungnya.
Lantas, Richard pun mengatakan tidak mengetahui hal apapun yang terjadi di dalam rumah di Jalan Bangka tersebut.
Namun, selang beberapa saat kemudian, tetiba muncul seorang perempuan dari dalam rumah sambil menangis. Perempuan yang tidak diketahui oleh Richard identitasnya, langsung meminta untuk memanggilkan drivernya.
"Setengah jam kemudian ada orang keluar dari rumah, saya bilang fon ada orang keluar itu. Ada perempuan, saya ga kenal, nangis dia. Saya bertanya-tanya ini siapa. Saya lihat ke dalam," tutur Richard.
"Perempuan itu bilang mencari driver dia, saya lari ke samping saya panggil drivernya, perempuan itu naik baru pulang," lanjut dia.
Kemudian, Richard menjelaskan bahwa setelah kejadian tersebut, Ferdy Sambo akhirnya lebih sering pulang ke rumah Saguling.