Panduan Tidur Ala Rasulullah, Kata dr. Zaidul Akbar Bisa Mengaktifkan Penyembuhan Dari Dalam Tubuh
- tvOneNews.com
VIVA Bandung - Tidur adalah salah satu aktivitas terpenting bagi tubuh. Sayangnya, kegiatan ini seringkali juga dikesampingkan karena berbagai alasan.
Beberapa orang begadang sehingga mengurangi waktu tidur malamnya karena merasa harus menyelesaikan pekerjaan atau tugas. Hal seperti ini terdengar wajar karena banyak orang yang sering melakukannya.
Namun bagaimana cara tidur yang benar menurut Rasulullah SAW? Dr Zaidul Akbar mengungkapkan bahwa sebagai seorang muslim, sebaiknya panduan tidur yang digunakan adalah tidur ala Nabi.
Menurutnya kalau Nabi tidak ada kepentingan setelah isya' Nabi langsung, karena tidur merupakan cara paling tepat mengaktifkan penyembuhan dari dalam tubuh kita.
"Nabi SAW itu tidurnya sebagian besar, saya katakan sebagian besar, kalau tidak ada urusan nabi itu habis isya tidur. Itu cara yang paling baik atau cara yang paling luar biasa untuk memperbaiki atau mengaktifkan penyembuhan dalam diri kita, benerin tidur,” ungkap dr. Zaidul Akbar.
Saat seseorang tidur, ada berbagai manfaat yang bisa didapat. menurut dr. Zaidul Akbar, tidur tidak hanya memberikan ketenangan pada tubuh, tapi juga menjadi momen untuk memperbaiki otot.
Kata dr. Zaidul Akbar yang luar biasa lagi saat kita tidur akan muncul growth hormon atau hormon pertumbuhan
“Otot kita itu diperbaiki dengan tidur. Kemudian kekuatan kita, adaptasi kita itu dikuatkan lagi ketika kita tidur. Yang luar biasa lagi muncul growth hormone atau hormon pertumbuhan yang muncul saat orang itu tidur,” ungkap dr. Zaidul Akbar.
Hormon pertumbuhan ini konon berguna untuk memakan sel-sel yang rusak, salah satunya sel kanker. Selain itu, saat Anda tidur, sel-sel otak juga akan dibersihkan atau dibersihkan otaknya dan sel-sel imun akan semakin diperkuat selama tidur.
"Produksi antibodi, kemudian recovery sel imun kita, MasyaAllah luar biasa banyak banget, baru tidur saja. Lihat, pelajari, kira-kira nabi kita SAW itu tidurnya kapan,” jelas dr. Zaidul Akbar.
