Muhadjir Effendy Sebut Al-Zaytun Adalah Komune, Bukan Pondok Pesantren

Ponpes Al-Zaytun
Sumber :

Viva Bandung – Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Republik Indonesia menyebutkan bahwa Pondok Pesantren Al-Zaytun adalah sebuah komune.

Mengenal Perbedaan iPhone 16 dan iPhone 15, Harga Hampir Mirip Kualitas Bersaing

"Penilaian saya sementara Al Zaytun ini bukan hanya sebagai ponpes, sudah merupakan Komune. Komune itu artinya sebuah sistem kemasyarakatan yang sudah mirip negara," ujar Muhadjir di Kantor PP Muhammadiyah.

Komune tersebut juga sudah memiliki struktur hierarki dan regulasi tersendiri. Sehingga semua warga yang ada di ponpes Al-Zaytun itu patuh pada pimpinannya.

Teka-teki Kapan iPhone16 Masuk Indonesia Akhirnya Terkuak, Para Pecinta Apple Harus Siap-siap!

"Regulasi itu sudah dibikin sedemikian rupa yang lebih mengedepankan kepatuhan kepada pimpinan, bahkan kepatuhan tanpa serve itu ciri-ciri Komune," ucap dia.

Muhadjir menegaskan bahwa Komune di beberapa negara itu menunjukkan penyimpangan yang sangat ekstrem.

5 Negara Ini Menjadi yang Terdepan dalam Hal Teknologi Informasi

Muhadjir juga memberikan contoh mengenai komune, salah satunya adalah berada di Amerika Serikat, sebuah komune yang melakukan pembunuhan massal. Kemudian di Jepang juga pernah terjadi pelontaran gas sarin di kereta bawah tanah.

"Mudah-mudahan komune-komune yang ada di Indonesia, termasuk Al Zaytun tidak sampai sejauh itu," pungkasnya.

Sebelum ramai diberitakan, Ken Setiawan, pendiri Negara Islam Indonesia Crisi Center dengan blak-blakan menyebutkan pernah mengantar 16 santri pergi ke tempat hiburan malam.

Hal tersebut diungkap oleh Ken Setiawan saat menjadi narasumber di acara tvOne dalam program Catatan Demokrasi, pada Selasa, 20 Juni 2023.

"Saya sendiri saksi hidup, saya pernah mengantar 16 santri itu dugem di tempat pelacuran terbesar di Indramayu," kata Ken Setiawan dikutip, Rabu, 21 Juni 2023.

"Bisa saja itu oknum anak-anak nakal, tapi itulah fakta yang terjadi," sambungnya.

Ken juga menyebutkan bahwa Panji Gumilang tidak menyampaikan langsung mengenai teori yang mempersilakan santri melakukan hal negatif yang bertentangan dengan ajaran Islam. Hal itu diketahui Ken ketika dia menjadi santri di Pondok Pesantren Al-Zaytun sekitar tahun 2000-2002.

"Panji Gumilang sendiri tidak bilang memang silahkan mencuri, silahkan merampok. Tapi dia mengatakan, harta yang berada diluar kelompok, termasuk orang tua yang belum berbayar itu kafir semua, itu dicuri gapapa. Itu tahun 2000 - 2002 ketika saya ada di dalam," katanya. 

Saat itu, kata Ken, santri ditargetkan merampok dalam satu bulan harus membawa Rp 10 miliar. Jika tidak mencapai target rampokan tersebut, maka santri takut untuk pulang.

"Ketika saya ada di dalam, itu kita setiap hari kerjaan kita merampok. Karena target kita kalau misalnya sebulan itu harus bawa Rp 10 miliar, kita dapatnya hanya Rp 1 miliar, itu kita gak berani pulang," katanya.

Lanjut Ken, jika santri yang tidak mencapai target rampok bulanan tetap pulang ke Al Zaytun, maka santri itu akan dicambuk hingga berdarah-darah.

"Kalau pulang, lepas baju dicambuk. Kalau belum berdarah, belum berhenti," katanya.