Cacar Monyet Merebak Pesat, Kenali Dinamika Penularan Virusnya
- Pixabay
Bandung, VIVA – Penyakit cacar monyet sekarang dikenal sebagai mpox, merupakan infeksi menular yang disebabkan oleh virus cacar monyet (MPXV), yang termasuk dalam genus orthopoxvirus bersama dengan virus variola, yang menyebabkan cacar.
Kejadian pertama kasus mpox pada manusia dilaporkan pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo (DRC).
Sejak itu, mpox telah dibagi menjadi dua varian: Varian virus Afrika Tengah yang lebih agresif dan Varian virus Afrika Barat yang umumnya lebih ringan.
Sejarahnya, kasus mpox jarang terjadi di luar Afrika, namun secara global, jumlah kasus mulai meningkat signifikan pada bulan Mei 2022.
Bahkan Swedia telah melaporkan kasus pertamanya. Menanggapi peningkatan kasus mpox, WHO telah menyatakan keadaan ini sebagai Situasi Darurat Global, menyoroti penyebaran virus yang cepat dan potensi dampak kesehatan yang serius.
Dinamika penularan virus
Cara penularan virus ini melibatkan berbagai metode, termasuk penularan dari manusia ke manusia yang merupakan cara penularan yang paling umum.
Kontak langsung dengan lesi atau cairan tubuh dari individu yang terinfeksi, terutama saat berhubungan intim, merupakan cara penularan yang signifikan.
Penularan juga bisa terjadi melalui droplet saat berinteraksi dekat dengan individu terinfeksi. Virus juga dapat menyebar melalui permukaan benda yang terkontaminasi.
Penularan dari hewan ke manusia merupakan cara penularan yang paling riskan, sering terjadi tanpa disadari melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, terutama di daerah di mana konsumsi daging hewan liar umum.
Bahkan, terdapat laporan mengenai penularan virus mpox dari ibu hamil ke janinnya.
Sejak wabah pada Mei 2022, pemahaman epidemiologi virus mpox telah berubah. Kasus mpox meningkat secara signifikan pada laki-laki yang berhubungan intim dengan sesama jenis, memicu dinamika penularan.
Gejala mpox meliputi demam, pembesaran kelenjar getah bening, dan ruam kulit khas. Meskipun tidak seberbahaya cacar, mpox tetap menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan, terutama pada anak-anak dan lansia.