Sayur untuk Biaya Sekolah: Inovasi Pendidikan Inklusif dari Banyuwangi
- VIVA Jatim
Sayuran yang diterima sebagai pembayaran diolah menjadi makanan untuk santri boarding school atau digunakan untuk mendukung kebutuhan sekolah. Di masa awal, sayuran tersebut bahkan digunakan untuk membayar honor guru.
Kurikulum sekolah dirancang dengan menggabungkan pendekatan modern dan pesantren salafiyah. Selain mata pelajaran umum, siswa juga belajar Bahasa Arab, menghafal Al-Qur'an, dan mendapatkan pengajaran bahasa asing seperti Inggris, Jepang, dan Mandarin.
Area sekolah yang luas juga memungkinkan siswa untuk terlibat dalam kegiatan outbound yang menyenangkan.
Inspirasi Farid mendirikan sekolah alam ini berawal dari pengamatannya terhadap model pendidikan serupa di kota-kota besar yang hanya dapat diakses oleh kalangan atas.
Bersama Suyanto, ia bertekad membawa konsep ini ke Banyuwangi dengan biaya yang lebih terjangkau, bahkan berhasil menarik minat siswa dari luar kota.
Dedikasi Farid dalam memberikan akses pendidikan berkualitas bagi masyarakat kurang mampu mendapat pengakuan dengan diraihnya penghargaan SATU Indonesia Awards 2010 dari Astra InternationalĀ Tbk.
Kisah Muhammad Farid membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi tidak boleh menjadi penghalang untuk mendapatkan pendidikan yang layak.