Kekerasan Aparat saat Protes Antihijab di Iran, 76 Demonstran Tewas

Protes antihijab di Teheran, Iran
Sumber :
  • AP Photo

BANDUNG – Protes yang meletup di Iran setidaknya menewaskan 76 pengunjuk rasa oleh pasukan keamanan Iran selama 11 hari kerusuhan yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini sebagaimana kata para aktivis

Kawal Putusan Sengketa Pilpres 2024, PA 212 Gelar Istighosah Kubro di Depan Gedung MK

Hak Asasi Manusia Iran (IHR), sebuah organisasi yang berbasis di Norwegia menuduh pihak berwenang menggunakan kekuatan yang tidak proporsional dan peluru tajam untuk menekan perbedaan pendapat dan protes massa di negara itu.

Media pemerintah hanya menyebutkan jumlah korban tewas 41 orang termasuk beberapa personel keamanan dan justru menyalahkan pendemo.

Serangan Masal Rudal Iran atas Israel Diwarnai Pekikan Takbir Kaum Muslimin

Melansir dari BBC.com, Rabu, 28 September 2022, ratusan orang juga telah ditangkap, 20 di antaranya wartawan.

"Risiko penyiksaan dan perlakuan buruk terhadap pengunjuk rasa serta penggunaan peluru tajam terhadap pengunjuk rasa adalah kejahatan internasional," kata Direktur IHR Mahmood Amiry-Moghaddam.

Kutuk Serangan Iran ke Tel Aviv, Presiden AS Joe Biden Ancam Akan Lakukan Ini

"Dunia harus membela tuntutan rakyat Iran untuk hak-hak dasar mereka."

Kantor hak asasi manusia PBB juga mengatakan sangat prihatin dengan aksi kekerasan pihak berwenang dan mendesak mereka untuk menghormati hak untuk melakukan protes secara damai.

Demonstrasi anti-pemerintah telah menyebar ke lebih dari 80 kota besar dan kecil di seluruh Iran sejak pemakaman Mahsa Amini pada 17 September 2022 lalu.

Wanita Kurdi berusia 22 tahun dari kota barat laut Saqez ditangkap oleh petugas polisi moral karena diduga melanggar undang-undang ketat yang mengharuskan wanita untuk menutupi rambut mereka dengan jilbab.

Dia pingsan setelah dibawa ke pusat penahanan untuk dididik dan meninggal di rumah sakit setelah tiga hari dalam keadaan koma.

Polisi mengatakan Amini meninggal setelah menderita gagal jantung mendadak namun keluarganya menolaknya dan menuduh bahwa dia dipukuli oleh petugas.

Protes terhadap polisi moralitas dan UU Hijab yang dipicu oleh kematiannya dengan cepat berkembang menjadi tantangan paling serius yang dihadapi ulama Muslim Syiah Iran selama bertahun-tahun.

Video yang diunggah di media sosial telah menunjukkan para wanita dengan berani membakar jilbab mereka di api unggun dan memotong rambut mereka di depan umum untuk sorak-sorai dan nyanyian "Perempuan, hidup, kebebasan" dan "Matilah diktator".

Pada hari Senin, protes dilaporkan di Teheran dan sejumlah kota lain termasuk Yazd di pusat negara itu, dan Tabriz dan Sanandaj di barat laut. Bahkan protes juga merembet ke berbagai negara lain seperti Turki, Argentina, India dan Inggris.

Siswa dan guru di lebih dari 20 universitas juga melakukan aksi mogok dan sengaja memilih keluar dari ruang kelas mereka.