Ojek Online 'Dicekik' Kebijakan Harga Pertalite
- ANTARA PHOTO/M Agung Rajasa/ss/aww
BANDUNG - Kenaikan harga BBM pertalite disoal para penyedia jasa driver online. Terlebih kenaikan BBM itu tak diiringi dengan penyesuaian tarif layanan.
Doni Saputra, salah seorang driver online mengaku tak setuju dengan kenaikan harga pertalite. Terlebih hal itu tak berdampak pada penyesuaian kenaikan tarif dari pihak gojek.
"Dampak BBM tentu berpengaruh, apalagi buat kami penyedia jasa ojek online. Saya sebenarnya enggak setuju. Apalagi enggak ada kenaikan harga ongkos kirim. Ya, jadinya repot tentunya," ungkap driver online berusia 22 tahun itu.
Disinggung soal pembelian di SPBU Swasta, Vivo dan lainnya. Doni mengaku titik pengisian SPBU seperti itu masih minim di Kota Bandung. Meskipun dari kocek relatif lebih murah dari SPBU Pertamina.
"Saya belum pernah coba ke Vivo, soalnya masih jarang juga titik pengisian SPBU nya. Kalaupun ada lumayan juga jarak tempuhnya," lanjut Doni.
Ungkapan serupa disampaikan, rekannya sesama driver online, Agung Pangestu. Dengan kenaikan harga pertalite saat ini dari Rp7.600 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, menurutnya sangat berpengaruh pada pendapatan hariannya dalam menyediakan jasa ojek online.
Dimana pada sebelumnya, kocek senilai Rp 25.000 bisa mengisi full bahan bakar motornya. Sementara saat ini, untuk mengisi full perlu kocek Rp 35.000
"Kenaikan BBM sangat berpengaruh, Nya Ripuh lah ( berat lah). Saya juga enggak setuju dengan kenaikan pertalite." keluh Agung. (hru)