Wacana Pilkada Kembali Dipilih DPRD Dapat Respon Negatif

Gibran Rakabuming dan Bima Arya
Sumber :
  • Kolase Instagram

Bandung – Wacana pilkada yang akan dipilih oleh DPRD mendapat respon negatif dari berbagai pihak salah satunya dari Walikota Bogor dan Surakarta.

Cawalkot Bogor Atang Trisnanto Nantikan Kolaborasi Epik dengan Wamendagri Bima Arya

Seprti diketahui, belakangan ini mencuat isu Pilkada dipilih DPRD. Walau masih sebatas usulan, tetapi banyak pihak yang menganggap pilkada langsung seperti yang sekarang ini, jauh lebih baik dibanding dikembalikan ke DPRD. 

Wali Kota Surakarta, Jawa Tengah, Gibran Rakabuming Raka dan Wali Kota Bogor, Jawa Barat, Bima Arya Sugiarto kompak pilih pilkada langsung dengan melibatkan masyarakat menyusul munculnya wacana pilkada lewat DPRD. 

Gagasan Dedi Mulyadi Tuntaskan Permasalahan Kota Bekasi: Dari Sampah hingga Pendidikan

"(Wacana pilkada lewat DPRD) kan belum pasti juga, nanti saja kalau sudah pasti," kata Gibran di Solo, Rabu, dikutip dari Antara. 

Meski demikian, jika disuruh memilih maka dia lebih suka dipilih langsung oleh warga karena yang menilai kinerja seorang kepala daerah adalah warga. 

Prabowo Subianto Dukung Penuh Mualem-Dek Fad untuk Pimpin Aceh di Pilkada 2024

"Kalau suka sama saya ya dipilih, kalau tidak suka ya tidak dipilih. Ikut regulasi yang ada saja, kalau sekarang sudah cukup baik, cukup 'fair', dan cukup transparan," katanya. 

Sementara itu, Bima Arya mengatakan wacana pemilihan kepala daerah melalui DPRD merupakan langkah mundur.

"Esensi demokrasi itu partisipasi, kalau partisipasi dibatasi itu bukan demokrasi. Dan yang diperlukan kita adalah perbaikan dan penyempurnaan, bukan pembatalan," katanya

Ia mengatakan saat ini proses perbaikan dan penyempurnaan sudah terjadi dan berjalan cukup baik, di antaranya melalui aturan masa kampanye dan pilkada serentak untuk meminimalkan kebutuhan anggaran. 

"Itu sudah dilakukan, sudah 'on the track', bukan malah balik lagi karena itu langkah mundur. Nanti malah jadi oligarki. Berpusat pada politik yang ditentukan oleh elite, nggak (tidak setuju)," katanya. 

Ia memastikan tidak ada kepala daerah yang setuju dengan wacana tersebut. "Saya kira Apeksi (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) nggak setuju, ini langkah mundur," katanya.