Elektabilitas Nasdem Melorot Akibat Dukung Anies Capres?

Surya Paloh mengusung Anies Baswedan jadi capres 2024
Sumber :
  • VIVA / Yeni Lestari

BANDUNG – Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA mengeluarkan rilis hasil survei partai politik yang dilakukan pada 11-20 September 2022. Hasilnya, elektabilitas PDIP, Golkar dan Gerindra berada di posisi tiga teratas.

Catat! Ini Syarat Penerima Bansos PKH 2024

Yang menarik, elektabilitas Partai NasDem melorot di angka 3,9 persen dan tidak lolos batas parlemen (parliamentary threshold) 4 persen.

Menurut pakar politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya Syaeful Bahar, hasil survei LSI Denny JA tersebut menandakan bahwa NasDem berada di posisi tidak mudah menghadapi Pemilu 2024. Partai besutan Surya Paloh itu harus berjuang keras agar bisa lolos di parlemen.

Besaran Bansos PKH Cair Desember 2024, Hampir Rp1 Juta

Upaya NasDem mencuri start dengan mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden yang akan diusung pada Pilpres 2024 rupanya juga tak sesuai dengan target mendongkrak elektabilitas. Padahal, banyak pihak menilai deklarasi itu sebagai upaya NasDem menjadikan Anies sebagai vote getter.

"Harapannya dukungan NasDem pada Anies akan berbanding lurus dengan migrasi suara pendukung fanatik Anies ke NasDem," kata Bahar kepada VIVA pada Rabu, 2 November 2022.

BBook AI, Ubah PS5 Jadi Laptop Gaming Portabel Super Praktis

Bila memang demikian, kata Bahar, NasDem semestinya belajar dari hasil Pilgub DKI Jakarta 2017 yang mengantarkan Anies sebagai gubernur dengan menimbang-nimbang tipologi pemilihnya. 

"Jika melihat fakta di Pilkada DKI tahun 2017, pemilih Anies banyak didominasi oleh pemilih rasional dan pemilih fanatik," ujarnya.

Pemilih rasional Anies di Pilkada DKI, menurut Bahar, jauh dari mungkin untuk mengalirkan suara mereka ke NasDem. Sebab, tipologi pemilih rasional akan memilih partai politik yang sudah terbukti menunjukkan prestasi dengan rekam jejak politik yang gemilang. "Dan NasDem belum membuktikan itu," kata Bahar.

Sementara pemilih Anies fanatik di Pilkada DKI juga sulit diharapkan mengalihkan pilihan mereka ke NasDem dan cenderung akan bertahan di pilihan tradisionalnya. "Sehingga sangat sulit bagi NasDem mengharapkan migrasi [calon pemilih] bagi dua model pemilih ini," tambah Bahar.

Dengan kenyataan seperti itu, Wakil Dekan FISIP UIN Surabaya itu berpendapat bisa jadi pilihan NasDem mendeklarasikan Anies justru menjadi bumerang. "Kenapa? Karena Partai NasDem yang memilih ideologi dan platform partai terbuka harus menerima kenyataan dituduh telah bergeser dari paltform tersebut," ujar Bahar.

Bagaimanapun, lanjut dia, sebagian besar orang kadung memandang Anies menggunakan politik identitas pada saat memenangkan Pilkada DKI. "Bagaimanapun, sosok Anies masih menyisakan luka bagi sebagian orang karena dianggap mentoleransi intoleransi atau bahkan dianggap telah mempergunakan politik identitas untuk menang di pilkada 2017 di DKI," ujar Bahar.

Menurut Bahar, dengan dinamika politik seperti itu, NasDem perlu menjadikan hasil survei LSI Denny JA tersebut sebagai alarm sekaligus pelecut bagi seluruh kader untuk lebih keras lagi berjuang. 

Apalagi survei LSI Denny JA bukan satu-satunya hasil survei dengan hasil yang sama terkait NasDem. Hasil survei SMRC sebelumnya juga menyebutkan hasil yang kurang lebih sama. "NasDem perlu strategi jitu untuk membalikkan hasil survei tersebut di Pemilu 2024 nanti," kata Bahar.