Sosok Atlet Panahan ASEAN Para Games Tarik Busur dengan Geraham

Atlet Panahan ASEAN Para Games Kholidin
Sumber :
  • VIVA

BANDUNG - Salah satu atlet para panahan Indonesia, Kholidin berhasil menyita perhatian banyak pihak dengan keterampilannya menarik tali busur menggunakan gigi di ajang ASEAN Para Games XI 2022 di Solo, Indonesia. 

Atlet dan Official ASEAN Para Games Positif COVID-19

Atlet panahan yang berprofesi sebagai penjual bubur itu sukses meraih satu medali emas lewat nomor recurve ganda putra bersama Setiawan. Sementara satu medali perak lainnya berhasil digondol melalui nomor recurve ganda campuran bersama Mahda Aulia. Sedangkan 1 medali perunggudi nomor recurve individu putra.

Pria berusia 45 tahun itu  memiliki gaya unik saat menarik tali busur, yakni dengan memanfaatkan kekuatan gigi dan rahangnya. Ayah duana itu menggunakan teknik tersebut lantaran lengan tangan kanannya harus diamputasi setelah kecelakaan terjatuh dari pohon kelapa setinggi 9 meter pada tahun 2017 silam.

Indonesia Sabet Medali Emas di ASEAN Para Games

Atlet Panahan ASEAN Para Games Kholidin

Photo :
  • VIVA

"Musibah yang didapat, saya anggap ujian. Dan yakin itu rencana Allah, karena buktinya saya bisa sampai di sini (ASEAN Para Games 2022)," jelasnya. 

Ratu Badminton Absen di ASEAN Games 

Perkenalannya dengan olahraga panahan, ia lakukan setahun sebelum kecelakaan yang dialaminya. Ia mengenal panahan, dari sang adik yang lebih dulu aktif dalam olahraga tersebut.

Karena lengannya diamputasi, Kholidin mencoba berbagai cara untuk menari busur. Hingga akhirnya, memutuskan menggunakan gigi geraham untuk menarik tali sampul busur panah.

"Awalnya sempat mencoba menggunakan gigi depan. Tapi karena gigi depan kurang kuat terus saya pakai gigi geraham untuk menarik tali sampul busur panah. Akhirnya saya merasa nyaman dengan gigi geraham untuk memanah,” tuturnya.

Asian Para Games Solo 2022

Photo :
  • VIVA

Meski akhirnya terbiasa, Kholidin mengaku perlu kesabaran dan keuletan untuk bisa memanah dengan cara seperti itu. Belum lagi dengan rasa sakit yang harus ditahan saat berlatih.

"Harus bisa menahan rasa sakit yang seperti mengunyah kacang satu kuintal. Setiap hari, habis latihan, saya kesakitan dan langsung mendapat terapi," kata dia.

Menariknya, dibalik keterbatasan itu, ia masih bekerja keras untuk menafkahi keluarga dengan berjualan bubur ayam di sekitaran Jalan MH Thamrin, Jakarta, sembari menyempatkan diri untuk melatih panahan. (hru)