Jadi Geopark UNESCO di Lombok, Ini Fakta Menarik Gunung Rinjani

Ilustrasi Puncak Gunung Rinjani
Sumber :
  • Istimewa

BANDUNG – Baru-baru ini, nama Gunung Rinjani menjadi sorotan publik, hal itu lantaran sebuah proyek fenomenal yang akan dibangung dibawah kaki Gunung tersebut.

Nathalie Holscher Pamer Lamaran di Puncak Gunung Gede, Tunangan Bule Kasih Ini

Proyek pembangunan kereta gantung di kaki Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB) disoal sebab dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) untuk wilayah NTB Dwi Sudarsono menuturkan, proyek kereta gantung yang akan dibangun di bawah kaki Gunung Rinjani harus dikaji serius.

Laga Persib VS PSM Makassar Ajang Perebutan Penguasa Klasemen BRI Liga 1

Bagi Anda yang penasaran mengenai Gunung Rinjani, berikut ini ulasan lengkapnya untuk Anda.

Gunung Rinjani adalah gunung yang berlokasi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Jalur Puncak Terputus Akibat Gempa Cianjur, Lalin Dialihkan Lewat Sini

Gunung yang merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 mdpl serta terletak pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT, gunung ini merupakan gunung favorit bagi pendaki Indonesia karena keindahan pemandangannya.

Gunung Rinjani juga bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 ha dan ini akan diusulkan penambahannya sehingga menjadi 76.000 hektare ke arah barat dan timur.

Secara administratif gunung ini berada dalam wilayah tiga kabupaten, yakni: Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Lombok Utara.

Topografi Gunung Rinjani

Gunung Rinjani dengan titik tertinggi 3.726 mdpl, mendominasi sebagian besar pemandangan Pulau Lombok bagian utara.

Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat kaldera dengan luas sekitar 3.500 m × 4.800 m, memanjang kearah timur dan barat. Di kaldera ini terdapat Segara Anak (segara= laut, danau) seluas 11.000.000 m persegi dengan kedalaman 230 m.

Air yang mengalir dari danau ini membentuk air terjun yang sangat indah, mengalir melewati jurang yang curam.

Di Segara Anak banyak terdapat ikan mas dan mujair sehingga sering digunakan untuk memancing. Bagian selatan danau ini disebut dengan Segara Endut.

Di sisi timur kaldera terdapat Gunung Baru (atau Gunung Barujari) yang memiliki kawah berukuran 170m×200 m dengan ketinggian 2.296 – 2376 mdpl.

Gunung kecil ini terakhir meletus pada tanggal 25 Oktober 2015 dan 3 November 2015, setelah sebelumnya tercatat meletus Mei 2009 dan pada tahun 2004.

Jika letusan tahun 2004 tidak memakan korban jiwa, letusan tahun 2009 ini telah memakan korban jiwa tidak langsung 31 orang, karena banjir bandang pada Kokok (Sungai) Tanggek akibat desakan lava ke Segara Anak.

Sebelumnya, Gunung Barujari pernah tercatat meletus pada tahun 1944 (sekaligus pembentukannya), 1966, dan 1994.

Selain Gunung Barujari terdapat pula kawah lain yang pernah meletus, tempat itu disebut Gunung Rombongan.

Straigrafi Gunung Rinjani

Secara stratigrafi, Gunung Rinjani dialasi oleh batuan sedimen klastik Neogen (termasuk batu gamping), dan setempat oleh batuan gunungapi Oligo-Miosen.

Gunungapi Kuarter itu sendiri sebagian besar menghasilkan piroklastik, yang dibeberapa tempat berselingan dengan lava.

Litologi itu merekam sebagian peletusan yang diketahui dalam sejarah. Sejak tahun 1847 telah terjadi 7 kali peletusan, dengan jangka istirahat terpendek 1 tahun dan terpanjang 37 tahun.

Seperti pada gunungapi lainnya, Koesoemadinata (1979) menyebutkan bahwa aktivitas kegunungapian Rinjani pasca pembentukan kaldera adalah pembangunan kembali.

Kegiatannya berupa efusiva yang menghasilkan lava dan eksplosiva yang membentuk endapan bahan-lepas (piroklastik).

Lava umumnya berwarna hitam, dan ketika meleler tampak seperti berbusa. Peletusan pasca pembentukan kaldera relatif lemah, dan lava yang dikeluarkan oleh kerucut G. Barujari dan G.

Rombongan relatif lebih basa dibanding lava gunungapi lainnya di Indonesia. Kemungkinan terjadinya awan panas ketika letusan memuncak sangat kecil. Bahan letusan umumnya diendapkan di bagian dalam kaldera saja.

Aliran lava, lahar letusan, lahar hujan, dan awan panas guguran berpeluang mengarah ke Kokok Putih hingga Batusantek. Awan panas guguran dapat terjadi di sepanjang leleran lava baru yang masih bergerak, meskipun kemungkinannya kecil.

Struktur dan tektonik Gunung Rinjani

Bentuk Kaldera Segara Anak yang melonjong ke arah barat-timur diduga berkaitan dengan struktur retakan di batuan-dasar.

Gunungapi Rinjani yang terletak di jalur gunungapi Kuarter sistem Busur Sunda dibentuk oleh kegiatan tunjaman dasar Samudera Hindia di bawah pinggiran Lempeng Asia Tenggara.

Jalur tunjaman yang terletak di selatan menunjukkan adanya gaya mampatan yang berarah utara-selatan.

Retakan batuan-dasar yang berarah barat-timur, yang mempengaruhi bangun kaldera, dengan demikian ditafsirkan sebagai retakan release yang disebabkan oleh gaya tarikan.

Struktur tersebut di wilayah Gunung Rinjani setidaknya terbentuk sejak permulaan Zaman Kuarter.

Puncak Gunung Rinjani

Pendakian Gunung Rinjani (puncak) merupakan salah satu objek wisata yang menjadi andalan di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Gunung Rinjani sebagai gunung vulkanik yang masih aktif nomor 2 tertinggi di Indonesia.

Puncak Gunung Rinjani merupakan tujuan sebagian besar para petualang dan pencinta alam yang mengunjungi kawasan ini karena apabila telah berhasil mencapai puncak itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri.

Animo komunitas pencinta alam di seluruh nusantara bahkan dari mancanegara dalam kegiatan pendakian cukup besar, ini terbukti dengan jumlah pengunjung yang melakukan pendakian setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Kegiatan pendakian secara besar-besaran dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus, pada bulan Agustus (pertengahan) peserta pendakian umumnya didominasi oleh kalangan pelajar dan mahasiswa dari seluruh Indonesia yang ingin merayakan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia di Puncak Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak.

Kegiatan itu digelar melalui kegiatan “Tapak Rinjani” yang diadakan secara rutin setiap tahunnya oleh salah satu kelompok pencinta alam di Pulau Lombok yang bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. (Irv)