Anemia Sering Dianggap Remeh, Ibu Hamil Wajib Waspada! Ini Risikonya
- Pixabay
Bandung, VIVA – Data dari Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa remaja perempuan di Indonesia menghadapi masalah anemia, dengan 26 persen dari mereka terkena kondisi ini.
Tingkat anemia yang demikian ini menjadi perhatian serius, karena jika tidak ada tindakan pencegahan yang dilakukan, risiko yang fatal bisa terjadi saat proses melahirkan.
“Riskesdas 2018 mengatakan bahwa masalah-masalah kondisi kesehatan perempuan. Kita tau remaja putri anemia 26 persen. Ketika tidak dilakukan antisipasi atau tata laksana yang baik begitu juga terhadap calon pengantin ini juga akan mengalami anemia. Parahnya jika tidak dilakukan intervensi atau antisipasi, 48 persen ibu hamil akhirnya meninggal,” kata Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia, Dr. Ade Jubaedah, S.SiT, MM dalam acara Bidan sebagai Garda Terdepan Pencegahan Anemia dan Perdarahan Pasca Persalinan di Kawasan Jakarta Pusat, Selasa 13 Agustus 2024.
Lebih lanjut, Ade Jubaedah menjelaskan bahwa kolaborasi antara Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan BKKBN bertujuan untuk mempersiapkan reproduksi seorang perempuan sejak masa remaja dengan menciptakan remaja yang sehat dan bebas dari anemia serta masalah kesehatan fisik dan mental.
“Tentu kita tau penyebab kematian ibu, penyebab kematian bayi terjadi perdarahan pasca salin itu salah satu penyebabnya adalah perempuan alami anemia. Dengan adanya anemia, akan menghasilkan proses buah melahirkan bayi di bawah berat lahir, prematur bahkan terjadi gangguan pertumbuhan. Gimana mempersiapkan reproduksi perempuan mulai dari masa remaja, remaja yang sehat dan bebas anemia. Remaja yang bebas penyakit fisik dan remaja bebas dari psikologis, ini perlu adanya kolaborasi,” sambungnya.
Ikatan Bidan Indonesia kini telah menjalin kerja sama dengan BKKBN untuk melaksanakan program tim pendamping keluarga guna mempersiapkan calon ibu.
Program ini, yang diatur dalam Pepres nomor 2 Tahun 2022, melibatkan bidan sebagai koordinator dan tim pendamping keluarga yang bertugas mengawal calon pengantin.
“Calon pengantin selama tiga bulan dilakukan observasi, deteksi, skrining yang mana yang layak hamil dilanjutkan dengan antenatal care yang terintegrasi. Yang tidak layak hamil tentu kita ada upaya-upaya menunda kehamilannya sehingga masalah kesehatan reproduksinya teratasi. Saat ini, program ini sudah kita jalankan, ada 200 tim pendamping keluarga tersebar di seluruh Indonesia, bidan sebagai koordinator dibantu oleh kader KB dan kader kesehatan,” kata dia.
Antenatal care dilakukan oleh bidan dengan melakukan skrining kondisi kesehatan ibu hamil sebanyak enam kali. Proses skrining ini mencakup deteksi HIV, sipilis, dan aspek lainnya.
“Dengan skema antenatal care 6 kali di awal. Bidan juga akan rajin berkolaborasi terkait skrining deteksi triple HIV, sipilis dan sebagainya, termasuk mengawal kembali pemeriksaan hemoglobin. Hemoglobin pada trimester 1, kemudian kita memastikan di trimester ketiga. Seperti kita tau, ketika pemeriksaan Hb di trimester kedua merupakan terkait dengan anemia,” ujar dia.