Cerita Veteran Licin dari Gempuran Peluru dan Ledakan Bom Penjajah

Veteran Sersan Mayor (Purn) Emang
Sumber :
  • istimewa

BANDUNG - Kemerdekaan Republik Indonesia tak bisa lepas dari peran para veteran yang dulu berjuang mati-matian untuk membela tanah air dari para penjajah jaman Belanda hingga Jepang. Seiring berjalannya waktu para veteran tersebut kini telah wafat dan hanya tersisa beberapa personel saja. Salah satunya adalah Sersan Mayor (Purnawirawan) Emang yang kini sudah berusia sekitar 100 tahun.

Rahasia Kendalikan Diabetes, Turunkan Berat Badan, dan Kolesterol dengan Olahraga Ini

Ia kini hidup bersama istrinya di rumah sederhana yang berada di daerah Cirende, Kabupaten Purwakarta. Setiap bulan ia hidup dari uang pensiun yang didapat sebesar Rp2,2 juta.

Di bulan kemerdekaan ini Anggota DPR RI Dedi Mulyadi kembali menemui Abah Emang. Sebelumnya Dedi sering bertemu bahkan sempat membangunkan rumah yang layak untuk Abah Emang. "Hari ini saya menemui salah seorang pejuang kemerdekaan yang tersisa, karena sekarang sudah jarang sekali. Termasuk bapak saya yang telah wafat pada tahun ini," ujar Dedi Mulyadi.

Pejabat Kemenhub Viral Usai Sumpah Injak Alquran, Kini Dilaporkan Sang Istri

Dalam pertemuan itu Abah Emang yang sedang bertelanjang dada memperlihatkan sisa luka - luka yang didapat saat berjuang melawan penjajah. "Ini luka bekas tembakan, ada 10 lubang," ucap Abah Emang sambil menunjukkan sisa-sisa luka tembakan.

Terlihat terdapat luka menyerupai lubang mulai dari lengan, bahu, kaki, pantat hingga kepala. Total ada tujuh luka berukuran besar dan tiga luka kecil akibat tembakan. Luka tersebut ia dapatkan saat aktif sebagai pejuang seperti peristiwa Sukarno dibawa ke Rengasdengklok. Saat itu ia masuk sebagai pengawal Batalyon 1 Purwakarta dan dibekali senjata jenis bren.

Orang China dan Jepang Tetap Sehat Meski Makan Mie Instan, Ternyata Ini Rahasianya

Veteran Sersan Mayor (Purn) Emang

Photo :
  • istimewa

Selain itu ia pun pernah ditugaskan berperang mengusir penjajah Jepang di Bandung. Ada kejadian menarik saat ia bertugas di Bandung. Saat itu pasukan kemerdekaan tiba-tiba dilempar benda mirip bom oleh tentara Jepang. Namun benda tersebut tersangkut di pohon.

"Dikira bom, tapi kok tersangkut di pohon. Saya panjat ternyata benda itu isinya obat - obatan. Rupanya itu cara Jepang mengolok - olok karena pasukan Indonesia sedang banyak yang terluka. Tapi olok - olok itu kita balas dengan kemenangan," ujarnya.

Tidak hanya itu saat berperang di Cikao Bandung ia sempat terluka cukup parah karena terkena bom. Beruntung nyawanya masih selamat dan bisa tetap berjuang mengusir penjajah.

Abah Emang pun menunjukkan luka di perut sebelah kanannya. Rupanya luka tersebut akibat ditusuk oleh bayonet musuh. Ia terpaksa bertahan dengan bayonet tertusuk di perut untuk mengelabuhi musuh agar disangka telah mati. "Kalau waktu itu saya cabut bayonetnya pasti disangka masih hidup. Pasti kalau ketahuan masih hidup bakal dibunuh beneran," katanya.

Saat ini Abah Emang mendapat uang pensiun sebesar Rp2,2 juta. Uang tersebut seharusnya bertambah menjadi Rp2,7 juta namun wajib diurus ke Bandung. "Sudah males ngurusnya ke Bandung. Jadi segini juga sudah bersyukur," ucap Abah Emang.

Veteran Sersan Mayor (Purn) Emang

Photo :
  • istimewa

Di usianya yang mencapai satu abad Abah Emang masih terlihat bugar. Hanya saja ia kini sedang terluka akibat kakinya tertusuk bambu saat beraktivitas di luar rumah. Ia pun memerlukan dokter karena khawatir ada infeksi. Dedi Mulyadi langsung berinisiatif menelepon dokter pribadinya. Ia meminta dokter tersebut segera datang ke rumah Abah Emang untuk mengobati luka tersebut.

"Tenang tidak perlu bayar. Kalau pejuang jangan pejuang yang datang ke dokter tapi dokter yang datang ke rumah pejuang," ujar Dedi.

Bagi Dedi momen kemerdekaan tahun ini dirasa cukup sepi. Sebab di tahun ini ia baru saja ditinggalkan oleh ayahnya Sahlin Ahmad Suryana yang wafat beberapa bulan lalu.

Sahlin sendiri merupakan salah seorang veteran yang juga pejuang kemerdekaan. Ia berhenti menjadi pejuang karena sakit-sakitan setelah diracun oleh mata-mata penjajah. "Kemerdekaan tahun ini ingat sama bapak. Tahun ini tidak bisa antar lagi bapak upacara. Jadi tahun ini tidak beliin sepatu, jas dan kemeja karena bapaknya sudah tidak ada," ujar Dedi.

Sebelum berpamitan Kang Dedi memberikan sejumlah uang kepada Abah Emang. "Duit ini tidak ada artinya dibanding perjuangan Abah," ucapnya.

Veteran Sersan Mayor (Purn) Emang

Photo :
  • istimewa

Dedi Mulyadi pun menyalami Abah Emang sebelum pulang. Ia memberikan semangat agar Abah Emang tetap sehat. "Abah tetap semangat menjaga kesatuan republik Indonesia, sekali merdeka tetap merdeka," ujar Dedi.

"Inilah potret rata - rata pejuang Indonesia yang hidup sangat berat. Untuk itu mari kita rawat dan jaga mereka mumpung masih ada, hormati dan hargai mereka," pungkas Dedi. (rls)