Kuliner Gudeg Ada Sejak Kerajaan Mataram, Terkenal Hingga Singapura
- tangkap layar instagram @defhappytummy
Gudeg solo dari kota Surakarta lebih berair dan berkuah, banyak santan, dan berwarna keputihan karena umumnya tidak ditambahkan daun jati. Gudeg Yogyakarta biasa disebut "gudeg merah", sedangkan gudeg Solo disebut juga "gudeg putih". Gudeg gaya Jawa Timur memiliki rasa yang lebih pedas dibandingkan dengan gudeg gaya Yogyakarta yang lebih manis.
Gudeg secara tradisional diasosiasikan dengan Yogyakarta, dan Yogyakarta terkadang dijuluki "Kota Gudeg" (kota gudeg).
Pusat restoran gudeg Yogyakarta berada di kawasan Wijilan sebelah timur Kraton Yogyakarta.
Seperti halnya banyak masakan Indonesia lainnya, berbagai jenis Gudeg secara tradisional dianggap sebagai kuliner khas kota atau daerah tertentu dan dijuluki dengan nama "geografis" masing-masing.
Oleh karena itu, Gudeg merah sering disebut gudeg "Yogyakarta", dan Gudeg putih disebut gudeg "Surakarta", sesuai dengan nama kota asalnya di Jawa Tengah tersebut.
Penjualan Gudeg
Di Jawa, Gudeg merupakan hidangan populer di rumah, restoran, dan jajanan kaki lima.
Gudeg dijajakan dalam industri katering dari semua tingkatan, dari restoran, warung makan, hingga gerobak pedagang kaki lima, atau menggunakan mobil khusus untuk berjualan.
Di warung-warung dan toko-toko tradisional, kotak kardus atau keranjang kecil yang dianyam dari baambu sering digunakan sebagai wadah hidangan gudeg.
Salah satu daya tarik Yogyakarta adalah Jalan Wijilan, yang terletak di bagian tengah kota di sekitar Keraton Yogyakarta, dipenuhi dengan puluhan restoran dan toko yang mengkhususkan diri menjual Gudeg, banyak di antaranya buka 24 jam.