Ngeri! Begini Cara Intelijen Rusia Buat Para Pelaku Terorisme Buka Suara

Tersangka penembakan di Moskow Russia.
Sumber :
  • Viva.co.id

VIVA Bandung - Media sosial (Medsos) baru-baru ini dikejutkan dengan beredarnya foto-foto yang memperlihatkan petugas keamanan Russia menyiksa salah satu pelaku terorisme di Moskow beberapa hari yang lalu.

Perang di Timur Tengah Memanas, Rusia Kirim Jet Tempur Canggih Bantu Iran Hadapi Balas Dendam Israel

Dalam foto tersebut, mereka terlihat mengikat alat kelamin pelaku dengan menggunakan baterai 80v kemudian menyetrumnya.

Beredarnya foto-foto tersebut menyusul video yang sempat viral kemarin yang menunjukan pasukan Rusia memotong telinga pelaku teroris dan memaksa mereka memakannya.

Mengenal Miriam Adelson, Ratu Judi Terkaya yang Ternyata Berasal dari Israel

Teroris di Moskow diinterogasi dengan setrum kelamin.

Photo :
  • Viva.co.id

Dalam salah satu saluran telegram yang terhubung langsung dengan Grup Wagner, memperlihatkan aksi penyiksaan tersebut secara gamblang.

Kutuk Serangan Iran ke Tel Aviv, Presiden AS Joe Biden Ancam Akan Lakukan Ini

Salah satu pelaku terorisme asal Tajikistan bernama Shamsuddin Fariddun terlihat lemas tak berdaya saat sebuah kabel listrik dikaitkan ke alat kelaminnya.

Bahkan, Syamsuddin terlihat mengatupkan mulutnya bak merasakan sensasi sakit yang luar biasa, melansir Pravda, Selasa, 26 Maret 2024.

Teroris pelaku penembakan di Russia.

Photo :
  • Viva.co.id

Dalam narasi di salah satu saluran telegram, mengatakan jika hal itu merupakan interogasi biasa yang kerap dilakukan oleh pihak intelijen Rusia. 

Ia menambahkan: “Dengan memutar kumparan, muatan listrik dilepaskan melalui kabel. Tegangan hingga 80 volt, yang kemudian dihubungkan ke tahanan melalui jari, telinga atau alat kelamin. Untuk efek terbaik, militan yang ditangkap harus disiram dengan air.”

Dalam video yang beredar sebelumnya, memperlihatkan detik-detik militer Rusia melakukan penangkapan terhadap para tersangka.

Terlihat, salah satu pelaku gemetar saat dilakukan penangkapan dan mengaku dirinya mendapat imbalan setengah juta rubel atas aksinya tersebut.

 Atas kejadian ini, Presiden Rusia, Vladimir Putin menduga serangan terorisme ini ada kaitannya dengan Ukraina.

Pasalnya, saat akan dilakukan penangkapan, para tersangka teroris akan melarikan diri menuju Ukraina.

Berbeda dengan tuduhan Putin, pihak Intelijen Amerika Serikat (AS) menyebut aksi terorisme ini dilakukan oleh ISIS.