Pendidikan Inklusif Ala Muhammad Farid: Dari Sayur hingga Doa

Muhammad Farid, penerima apresiasi Astra Awards 2010.
Sumber :
  • istimewa

Benar saja, gagasan Farid ini sukses diaplikasikan. Pasalnya, hingga kini mayoritas anak-anak yang sekolah di sekolah alam milik Farid, kebanyakan merupakan anak-anak dengan latar belakang kurang mampu. Tidak hanya itu, merasa memiliki mayoritas murid dengan latar belakang kurang mampu, Farid pun mengaplikasikan belajar-mengajarnya dengan cara yang unik.

Marwan Hakim, Sang Ustadz Pembawa Risalah Pendidikan di Kaki Gunung Rinjani

Uniknya, sekolah Farid ini tidak memiliki ruang kelas dan bangku. Di sana Farid hanya membangun aula, mushla kecil, satu sanggar, dan sisanya saung-saung kayu sederhana.

Selain itu, para siswa dibebaskan belajar di mana saja. Siswa juga hanya diwajibkan memiliki satu stel seragam yang khusus digunakan untuk hari Senin dan Selasa saja, selebihnya pakainnya bebas. Tidak sampai di situ, para siswa juga tidak diwajibkan menggunakan Sepatu jika memang tidak punya.

Kampung Lali Gadget, Cara Inspiratif Achmad Irfandi Berantas Candu Gawai Pada Anak

Tentu peraturan unik itu dibuat oleh Farid bukan semerta-merta menyepelekan kedisplinan umum, melainkan memang mayoritas murid-muridnya merupakan anak dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu.

Murid-murid di Sekolah Alam BIS.

Photo :
  • istimewa
Perjuangan Bhrisco Jordy Dudi Padatu Memajukan Pendidikan di Pulau Mansinam

Meski sekolah tersebut gratis, namun soal kualitas Pendidikan bisa diadu dengan sekolah elit lainnya. Dalam kurikulumnya, Farid menggabungkan kurikulum pesantren tradisional serta kurikulum sekolah moderen.

Alhasil, para murid Farid kebanyakan sudah berhasil menguasai Bahasa Arab, Ilmu Al-Quran, Bahasa Inggris, Mandarin, hingga Jepang. Bahkan, Bahasa Inggris menjadi bahas pengantar dalam praktek belajar-mengajar di sekolah tersebut.

Halaman Selanjutnya
img_title