Kampung Lali Gadget, Cara Inspiratif Achmad Irfandi Berantas Candu Gawai Pada Anak

Anak-anak SD sedang hormat bendera (foto ilustrasi).
Sumber :
  • pinterest

VIVABandung - “Anak-anak di masa kini adalah calon pemimpin Indonesia di masa depan”, kata-kata itu lah yang sering terendus ketika kita melihat tumbuh kembang anak-anak Indonesia. Jika anak-anak Indonesia dididik dengan baik dari sejak dini, maka bukan hal yang mustahil jika negara ini di masa depan akan menjadi salah satu negara maju di dunia.

Kampung Lali Gadget Ciptaan Achmad Irfandi Jadi Inspirasi Edukasi Anak Negeri

Meski begitu, mendidik anak pada faktanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semakin berjalannya waktu, tantangan untuk mendidik anak semakin kompleks. Salah satu tantangan yang perlu diperhatikan di masa kini adalah kecanduan gawai atau gadget pada anak. Sudah bukan rahasia umum lagi, banyak anak-anak di Indonesia yang terpuruk akibat kecanduan gawai. 

Ilustrasi main gadget atau ponsel

Photo :
  • Pixabay/Foundry
Eko Cahyono, Pemberantas Buta Huruf bagi Anak Putus Sekolah

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), penggunaan gawai pada anak usia dini di Indonesia sebanyak 33,44%, dengan rincian 25,5% anak berusia 0-4 tahun dan 52,76% berusia 5-6 tahun. Selain itu, hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukan lebih dari 71,3% anak usia sekolah sudah memiliki gadget dan memainkannya dalam porsi yang sangat lama. Tidak sampai di situ, 79% anak-anak mengaku dibolehkan oleh orang tuanya untuk memainkan gadget di luar kepentingan belajar. 

Melihat data yang mencengangkan demikian, bukan hal yang mustahil jika angka kecanduan gadget di Indonesia sangat tinggi. Akibatnya, anak-anak yang menghabiskan waktu terlalu banyak di depan layar gadget akan mengalami berbagai masalah akut. Salah satu diantaranya adalah gangguan tidur, penurunan prestasi akademik, hingga masalah sosial dan emosional. 

RA Kartini dari Tanah Papua

Dalam salah satu ayat Kitab Suci Umat Islam, Al-Quran menjelaskan “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,” (QS. Ar- Ra’d: 11). Dalam ayat tersebut, menjelaskan bahwa doa harus diiringi dengan usaha jika kita ingin mengubah musibah menjadi sebuah anugerah

Siapa sangka, ternyata ayat tersebut sudah diimplementasikan oleh Achmad Irfandi, pemuda asal Sidoarjo yang menggagas Kampung Lali Gadget (KLG). KLG didirikan Irfandi pada 1 April 2018 di desanya, tepatnya di Desa Pegamgumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Program ini didirikan oleh Irfandi buntut kekhawatirannya terhadap bahaya kecanduan gadget pada anak-anak. 

Achmad Irfandi, pencetus Kampung lali Gadget.

Photo :
  • Instagram @irfandi_kampunglaligadget

Adapun fokus dari dari program KLG adalah mengenalkan permainan tradisional hingga budaya setempat yang ternyata cukup efektif untuk mengalihkan perhatian anak-anak terhadap gawai. Tidak sendiri, dalam meralisasikan programnya Irfandi merekrut pemuda-pemudi setempat yang memiliki persepsi untuk memajukan Pendidikan di Indonesia. Muda-mudi tersebut nantinya ditugaskan sebagai perencana, fasilitator edukasi, hingga pendamping. 

Program yang dimiliki oleh KLG juga cukup unik, mereka akan mengenalkan edukasi budaya, kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa, hingga berbagai macam permainan tradisional. Tidak hanya mengurangi candu gawai, ternyata program ini juga dapat mengedukasi anak-anak tentang budaya dan kearifan lokal Nusantara. Irfandi berharap, program KLG terus berkembang dan bisa dijadikan sebagai desa wisata bagi orang tua yang ingin menyembuhkan anak-anak dari candu gadget. 

Kampung Lali Gadget (KLG), Sidoarjo.

Photo :
  • -

Lebih jauh Irfandi menjelaskan, gadget atau gawai di masa kini memang salah satu kebutuhan manusia yang sangat krusial. Meski begitu, pria alumni Universitas Negeri Surabaya tersebut meyakini bahwa anak-anak belum saatnya berinteraksi dengan dunia gawai yang sangat bebas. 

“Kita tidak bisa menghilangkan gadget iya, karena gadget itu merupakan salah satu kebutuhan manusia. Tapi kita bisa menghindarkan anak-anak yang belum cukup usia untuk memegang gadget,” kata Achmad Irfandi. 

Kini, KLG sudah melebarkan sayapnya ke berbagai desa di Sidoarjo. Bahkan tercatat tiap bulannya ada ribuan anak yang datang ke KLG untuk belajar menjauhkan diri dari gadget. Berkolaborasi dengan berbagai komunitas dan perguruan tinggi, terbukti kini gagasan Achmad Irfandi sukses membawa dampak positif untuk tumbuh kembang anak-anak di Sidoarjo. 

Berkat gagasannya ini, Achmad Irfandi terpilih mendapatkan apresiasi Semangat Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards pada tahun 2021. Apresiasi ini diadakan oleh PT Astra International bagi anak bangsa yang memiliki dedikasi positif untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Harapannya, dengan adanya apresiasi ini dapat melahirkan sosok Achmad Irfandi lainnya di belahan Bumi Nusantara. Dengan begitu, gagasan Indonesia Emas 2045 bukan hal yang mustahil untuk diwujudkan