Viral Kasus Ibu Muda Cabuli 17 Anak, IDAI Ingatkan Pentingnya Edukasi Seksual Sejak Dini

Yunita Sari, ibu muda yang cabuli belasan anak
Sumber :
  • TikTok @ratumasyunitanggra1

VIVA BANDUNG – Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh  muda di Jambi bernama Yunita Sari mendadak viral di media sosial. Dia mencabuli 17 anak  di bawah umur dengan meminta dipegang payudara hingga alat kelaminnya. 

Bahkan dikabarkan memaksa dua anak laki-laki yang masih berusia 8 dan 14 tahun untuk melakukan hubungan badan.

Menanggapi hal itu, Ketua Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Eva Devita mengingatkan kepada orang tua untuk memahami bahwa pelecehan seksual pada anak tak selalu dalam bentuk kontak fisik. Dia menuturkan bentuk pelecehan seksual bisa berupa rayuan atau aktivitas berbau seksual seperti yang dilakukan ibu muda Jambi tersebut.

Selain itu, kekerasan seksual juga dapat berupa pemaksaan untuk difoto atau direkam dengan pakaian minim atau tanpa pakaian. Hal ini yang harus dipahami orang tua untuk memberikan edukasi pada anaknya.

"Tidak hanya kontak fisik, kontak non fisik atau visual itu juga termasuk kekerasan seksual. Menyentuh bagian privasi anak, atau anak diminta sentuh bagian privasi orang dewasa, atau difoto dalam kondisi berpakaian minim, termasuk kekerasan seksual pada anak,” ujar Eva Devita dilansir dari VIVA, Minggu (12/02/2023).

YS alias Yunita Sari

Photo :
  • Tangap layar

Menurut Eva, kekerasan seksual pada anak akan berdampak buruk pada mental dan fisiknya di masa depan. Maka dari itu, peran orang tua sangat penting dalam mencegah tindakan kekerasan seksual ini melalui pendidikan seks yang tepat sejak dini, bukan malah menganggapnya tabu.

Bentuk edukasi seksual ini dimulai dengan mengenalkan nama dan fungsi dari anggota tubuh, termasuk area intim. Kemudian, bentuk sentuhan dan kegiatan yang perlu dibatasi apabila sudah kecenderungan pada hal berbau seksual atau ke bagian organ intim.

“(Ajari) enggak boleh dicium bibirnya, dadanya, kemaluan, dan bokongnya, hanya ibunya yang boleh ceboki, dan dokter. Selebih itu tidak boleh,” kata Eva.

Lebih lanjut, Eva menjelaskan pentingnya edukasi pada anak dalam mengenali area sensitif di tubuhnya sejak usia dini. Dikatakannya, sudah harus bisa mengetahui bagian tubuhnya yang tidak boleh disentuh siapapun sehingga anak dapat menjaga diri.

"Ketika anak sudah mulai mengenal anggota badannya kita kasih tahu, ini namanya vagina, dada, bokong, enggak boleh dipegang siapa-siapa," kata Eva Devita.

Saat anak sudah memahami nama anggota tubuhnya, orang tua bisa mulai mengajari pentingnya menjaga kebersihan di area tersebut serta sentuhan yang baik. 

Kemudian setelah memasuki usia anak di bangku sekolah, mereka akan mulai kritis mempertanyakan sentuhan di tubuh serta bagian tubuh yang perlu ditutupi. Di sini, orang tua sebaiknya mulai memberi edukasi batasan sentuhan atau bagian tubuh yang pantas dilihat oleh orang lain.

"Orang tua menjelaskan lagi daerah itu hanya boleh disentuh oleh orang khusus saja, karena itu milik kamu bukan milik orang lain, misalnya," pungkasnya.