Heboh Bayi di Bekasi Bobot 27 Kg, Ini Bahaya Obesitas bagi Kesehatan
- VIVA/Rahmat Fatahillah Ilham
VIVA Bandung – Viral bayi 18 bulan bernama Muhammad Kenzi Alfaro, dinyatakan mengalami obesitas. Bukan tanpa alasan, bayi asal Kabupaten Bekasi itu memiliki bobot 27 kilogram yang jauh lebih besar dibanding bobot tubuh anak seusianya.
Kenzi dikatakan cukup normal saat mengonsumsi makanan. Meski begitu, asupan susu yang dikonsumsi oleh Kenzi, sang ibu, Fitria mengaku memberikan susu formula.
"Tujuh bulan, sebelumnya susu formula," jelasnya saat ditemui awak media.
Bayi yang nampak gemuk dengan gumpalan lemak di pipi dan lengannya itu, memang nampak sangat menggemaskan. Namun, kelebihan berat badan yang di atas rata-rata justru bisa membahayakan kesehatan anak di masa depan.
Para ahli di Universitas Harvard mencatat bahwa bayi yang mengalami kenaikan berat badan terlalu banyak dalam 2 tahun pertama kehidupan, dapat memiliki risiko atau masalah kesehatan yang lebih tinggi di masa kanak-kanak dan bahkan masa dewasanya.
Bayi yang bertambah berat badannya dengan cepat pada satu atau dua tahun pertama mungkin memiliki peluang lebih tinggi untuk menjadi anak-anak dan orang dewasa yang kelebihan berat badan, catat tinjauan studi tahun 2018 ini.
Studi itu juga menemukan, sekitar 1 dari 5 anak kelebihan berat badan atau mengalami obesitas pada usia 6 tahun. Dan, sekitar separuh anak yang mengalami obesitas mengalami kegemukan pada usia 2 tahun.
"Anak-anak dan orang dewasa yang kelebihan berat badan dan mengalami obesitas berisiko lebih tinggi terkena masalah kesehatan kronis seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes tipe 2," kata peneliti, ditulis laman The Healthline, Kamis 23 Februari 2023.
Berat badan bayi dan seberapa cepat berat badannya bertambah tergantung pada banyak faktor. Tidak semuanya berada dalam kendali orangtua. Terkadang faktor genetik, termasuk seberapa tinggi dan berat orangtua memengaruhi ukuran dan berat si kecil.
Seorang ibu berperan dalam berat bayinya selama kehamilan. Seorang wanita hamil yang kelebihan berat badan, obesitas, perokok, atau diabetes gestasional lebih mungkin memiliki bayi yang lebih berat saat lahir atau menjadi kelebihan berat badan di kemudian hari.
Selain itu, beberapa penelitian tahun 2019 menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan melalui operasi caesar terencana mungkin memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami kelebihan berat badan. Ini mungkin karena bakteri usus mereka berbeda dengan bayi yang dilahirkan secara normal. Namun, operasi caesar biasanya bukan satu-satunya penyebab kenaikan berat badan bayi.
Apakah Anda menyusui bayi Anda atau tidak, mungkin juga berperan dalam berat badannya. Biasanya, bayi yang diberi ASI eksklusif akan bertambah berat badannya lebih lambat daripada bayi yang diberi susu formula atau diberi keduanya.
Data dari studi tahun 2016 menemukan bahwa ada beberapa alasan mengapa hanya memberi susu formula pada bayi Anda dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang lebih tinggi. Ini termasuk:
Anda memiliki peluang lebih tinggi untuk memberi susu formula bayi secara berlebihan, hanya karena lebih mudah tersedia daripada ASI.
Orangtua atau pengasuh lebih mungkin untuk tetap menyusui sampai botolnya kosong, bahkan jika bayinya sudah kenyang.
Menggunakan botol besar untuk memberi susu formula dapat menyebabkan makan berlebih dan penambahan berat badan.
Orang tua atau pengasuh mungkin memberi bayi sebotol susu formula untuk menenangkan diri atau tertidur.