Gas Air Mata Membabi Buta Meski Aremania Teriak Banyak Anak Kecil
- VIVA
BANDUNG - Suasana kelam dalam tragedi Stadion Kanjuruhan masih terngiang-ngiang di ingatan Yohanes Prasetyo, lelaki yang kala itu menjadi saksi mata jatuhnya ratusan korban jiwa dalam laga maut Arema FC kontra Persebaya pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu.
Sabtu malam itu, sekitar pukul 20.30 WIB lebih, wasit meniup peluit panjang yang mengakhiri pertandingan dengan kekalahan tipis tim kesayangannya dari Persebaya (2-3). Yohanes yang hendak bekerja, usai menyaksikan laga Arema masih menunggu di area tribun.
Wajar, Ia memutuskan tak buru-buru langsung meninggalkan stadion karena malas berdesak-desakan, hingga ia memutuskan menunggu sejenak agar suasana di pintu keluar agak sepi. Kala itu, ia meluangkan waktu sekitar 90 menit di area tribun sambil merencanakan perjalananya kembali pulang dan bekerja.
Namun seketika itu langsung terdengar tembakan gas air mata ke sejumlah tribun. "Kalau enggak salah di tribun 6 dan 7 ada tembakan gas air mata," ungkap yohanes dalam LIVE STREAMING: Tragedi Kanjuruhan |Mata Najwa di akun youtube Najwa Shihab.
Panik dengan kondisi tersebut, Yohanes memutuskan bergegas keluar, dan mengejar waktu untuk segera bekerja. Karena ia khawatir kondisi desak-desakan penonton semakin menahan lama ia keluar.
"Dengar ada tembakan gas, saya buru buru bergegas berdiri mau pergi keluar. Takutnya malah susah keluar, jadi enggak kerja saya nantinya," lanjut lelaki pendukung Arema itu.
Namun nahas, kondisi di tribun malah semakin mencekam. Ia dan sejumlah penonton lainnya malah terkena gas air mata. Sontak kondisi di sekitar Yohanes pun mendadak gelap, matanya terasa perih dan tak sanggup untuk membuka kembali matanya.
Dengan suasana kalut dan gelap, disana-sini langsung terdengar jeritan penonton yang meminta tolong. Baik teriakan anak kecil hingga ibu-ibu terus terdengar di telinganya.
"Sebenarnya saya enggak ada inisiatif untuk keluar lapangan," ucapnya sambil terisak-isak dan larut dalam tragedi laga mencekam itu.
Namun karena ia tak tega dengan jeritan-jeritan tersebut, ia pun memberanikan diri dan berinisiatif turun ke lapangan. Dengan harapan aparat kepolisian tak kembali menembakan gas air mata.
Setibanya dilapangan ia pun meminta dengan rasa kalut untuk tak menembakkan kembali gas air mata. "Pak polisi tolong jangan tembak air mata ke tribun di situ banyak anak kecil," pintanya kepada aparat.
Awalnya Yohanes mendapat balasan yang bersahabat "Oh iya bro bilangin teman - temanmu," timpal salah seorang aparat kepadanya.
Kemudian, ia mulai tak menyangka ada seorang oknum yang mulai membentaknya. lalu menghadiahi hantaman yang tak bisa dihindari ke area kepala dan sejumlah anggota tubuh lainnya.
"Saat itu saya enggak tahu siapa yang melakukan serangan. Liat ke kanan serangan ada di kiri dan sebaliknya," lanjutnya.
Meski saat kejadian hantaman itu tak terasa, namun beberapa waktu setelah kejadian ia merasakan memar di area kepala, punggung dan kaki. "Saya bisa keluar karena digiring petugas. Dan setelah di luar saya lihat ada tembakan gas air mata juga," jelasnya.
Dengan suasana kelam yang menyebabkan ratusan korban jiwa di Stadion Kanjuruhan, Yohanes berharap para korban mendapat keadilan seadil-adilnya. "Begitu banyak korban jiwa, saya harap ada keadilan yang hadir usai tragedi ini," pungkasnya. (hru)