Surga Tanaman Buah Langka di Bumi Kalimantan
- Pribadi/Istimewa
Bandung - Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, salah satunya adalah hutan. Hutan Indonesia merupakan salah satu yang terluas di dunia, dengan luas mencapai 99 juta hektar. Hutan ini menjadi habitat bagi berbagai flora dan fauna, termasuk hewan langka seperti orangutan, gajah, dan badak. Sayangnya, hutan Indonesia saat ini sedang menghadapi berbagai ancaman, seperti deforestasi, kebakaran hutan, dan perubahan iklim.
Deforestasi merupakan penyebab utama hilangnya hutan di Indonesia, yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Kebakaran hutan juga merupakan salah satu ancaman serius bagi hutan Indonesia, yang dapat menyebabkan kerusakan hutan yang parah.
Perubahan iklim juga dapat mengancam hutan Indonesia, karena dapat menyebabkan perubahan kondisi lingkungan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan pohon. Indonesia dinobatkan sebagai paru-paru dunia merupakan rumah bagi tanaman langka. Persebaran tanaman langka termasuk buah-buahan menjadi perhatian khusus bagi peneliti di bidang lingkungan.
Termasuk seorang tokoh bernama Mohammad Hanif Wicaksono, seseorang yang memiliki kepedulian tinggi terhadap persebaran tanaman buah langka, khususnya di daerah Kalimantan Selatan. Ia juga penerima penghargaan Satu Indonesia Awards pada tahun 2018 yang diadakan oleh Astra.
Pada akun instagram pribadinya dengan username @tunasmeratus ia aktif membagikan temuan-temuannya terkait tanaman buah langka yang berasal dari hutan Kalimantan. Saat ini akun tersebut memiliki sekitar 2.5 ribu pengikut. Pada setiap postingannya pun mengundang antusiasme para pengikutnya, yang bisa dilihat di kolom komentar pada setiap postingannya dengan berbagai reaksi.
Awal mula Hanif menekuni bidang ini adalah ketika ia ikut pulang kampung ke kampung halaman istrinya di Pulau Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan. Ia menjumpai buah pampakin dan lahung, yang mirip seperti durian untuk pertama kalinya. Karena bagi ia, di Jawa tidak ada buah seperti itu.
Karena rasa penasarannya, kemudian ia bertanya ke penjualnya, terkait keberadaan tanaman dari buah-buahan yang dianggap ‘aneh’ itu. Namun, sangat disayangkan para penjual itupun tidak mengetahui dimana keberadaan pohonnya. Berangkat dari rasa penasaran dan pengalamannya tersebut, kemudian Hanif memutuskan berjalan ke daerah pedalaman dan pelosok Kalsel untuk mencari pohon buah-buah tersebut.
Semakin lama, Hanif menemukan banyak buah yang termasuk ke daftar buah langka. Kemudian, Hanif termotivasi untuk melakukan pembibitan dari tanaman buah-buah langka tersebut secara kecil-kecilan. Hanif yang merupakan seorang lulusan Ilmu Komunikasi, dalam menekuni bidang barunya ini ia belajar secara otodidak.
Ketika menemukan buah tertentu, ia mengumpulkan bijinya, kemudian menyemainya di polybag. Setelah itu baru dipisah datu per satu ketika sudah bertunas dan tumbuh. Bibit tanaman buah di Tunas Meratus Nursery didistribusikan ke berbagai pihak. Sebagian dijual ke perusahaan dalam jumlah besar, dan sebagian lagi dibagikan secara gratis dan dipindahkan ke arboretum di Telaga Langsat.
Arboretum ini memiliki luas 2,5 hektar dan ditanami 2.000-an pohon buah. Arboretum ini berfungsi sebagai kebun induk plasma nutfah, sehingga ketersediaan bibit tanaman buah di masa depan dapat terjaga. Area pembibitan Tunas Meratus Nursery di Kandangan, Kalimantan Selatan, memiliki lebih dari 160-an jenis tanaman buah hutan.
Area pembibitan ini menempati rumah bekas kediaman almarhum mertua Hanif, yang terletak di pinggir Jalan Ahmad Yani, sekitar 135 kilometer dari Kota Banjarmasin. Dari jalan raya, bangunan rumah hampir tak terlihat karena rimbunnya pepohonan. Sebelumnya, Hanif melakukan pembibitan di belakang rumahnya.
Hanif sendiri memulai pembibitan tanaman buah karena hobi bercocok tanam. Ia memilih membibitkan tanaman buah asli Kalimantan karena ingin melestarikan tanaman buah tersebut yang semakin langka. Hanif telah menjelajahi sebagian besar wilayah Pulau Kalimantan, kecuali Kalimantan Utara, dalam rangka mencari tanaman buah.
Ia juga kerap menjelajah wilayah Kabupaten Balangan saat bertugas sebagai penyuluh Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Kecamatan Halong. Di Desa Marajai, Halong, Kalimantan Selatan, Hanif menemukan lebih dari 100 jenis buah hutan. Hal ini mendorongnya untuk mendorong penyelenggaraan festival buah lokal Kalimantan di Marajai.
Festival buah sempat diselenggarakan dua kali, yaitu pada tahun 2019 dan 2020. Marajai kemudian dikenal sebagai desa plasma nutfah karena memiliki kekayaan buah yang luar biasa. Hanif menemukan beraneka ragam tanaman buah, terutama di daerah dataran rendah, yaitu pada ketinggian 200-300 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (mdpl), tanaman buah cenderung sedikit, tetapi bersifat endemik. Hanif juga mengatakan bahwa buah hutan banyak ditemukan di daerah Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Selain aktif mengabadikan momen dan membagikan hasil temuan di akun pribadi instagramnya, ia juga membukukannya.
Ia membuat beberapa buku sederhana yang berisi mengenalkan buah-buah khas Kalimantan, yang mana harapannya buku ini mudah dipahami oleh anak sekolah dasar sekalipun. Hanif juga menuturkan, ia meyakini bahwa masih banyak manfaat buah hutan Kalimantan yang belum diketahui.
Buah hutan Kalimantan tidak hanya memiliki nilai pangan, tetapi juga berpotensi sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan. Namun, untuk mengetahui manfaatnya secara pasti, diperlukan penelitian lebih lanjut.
Hanif berpendapat bahwa konservasi tidak hanya sekadar menjaga dan menanam, tetapi juga bagaimana memanfaatkan. Menurutnya, jika buah hutan Kalimantan memiliki manfaat yang jelas, maka orang akan dengan sendirinya tergerak untuk menanamnya. Dengan demikian, generasi yang akan datang masih dapat menikmati buah hutan Kalimantan secara nyata, bukan hanya sekadar cerita. (Muhammad Husni Mubarok/ VIVA Jabar)