Alasan Nabi Muhammad SAW Lakukan Salat Tarawih Berjamaah Hanya Tiga Kali Selama Ramadhan
- Viva.co.id
VIVA Bandung – Selama bulan Ramadhan, umat Islam melaksanakan sholat malam khusus yang disebut Tarawih. Dilaksanakan setelah sholat Isya, sholat ini biasanya dilakukan secara berjamaah di masjid.
Menurut riwayat terkenal dari Aisyah, Rasulullah SAW pernah memimpin sholat Tarawih berjamaah sebanyak tiga kali.
Suatu malam di bulan Ramadhan, beliau sholat Tarawih di masjid dan beberapa sahabat mengikuti beliau. Keesokan malamnya, semakin banyak sahabat yang ikut sholat berjamaah di belakang beliau.
Hal yang sama terjadi pada malam ketiga. Jumlah jamaah yang sholat berjamaah di belakang Rasulullah semakin bertambah.
Namun, pada malam keempat, masjid dipenuhi oleh orang yang ingin sholat Tarawih bersama Nabi Muhammad SAW. Tetapi, beliau tidak keluar setelah ditunggu lama.
“Pada malam keempat, jamaah telah berkumpul, tetapi Rasulullah SAW tidak keluar rumah. Ketika pagi Rasulullah mengatakan, ‘Aku melihat apa yang kalian perbuat. Aku pun tidak ada uzur yang menghalangiku untuk keluar menemui kalian, tetapi aku khawatir (shalat tarawih) diwajibkan'," (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, Malik dan Ahmad).
Akibatnya, sholat malam di bulan Ramadhan dilakukan sendiri-sendiri selama sisa hidup Rasulullah dan pada masa pemerintahan Abu Bakar dan awal pemerintahan Umar bin Khattab.
Baru pada tahun ke-4 Hijriah, Khalifah Umar berinisiatif untuk menjadikan sholat tersebut sholat berjamaah dengan satu imam di masjid. Beliau memilih Ubay bin Kaab dan Tamim Ad-Dari sebagai imamnya.
Khalifah Umar lalu berkata, “Sebaik-baik bid’ah adalah ini (tarawih)” Imam Abu Yusuf pernah bertanya kepada Imam Abu Hanifah tentang shalat tarawih dan apa yang diperbuat Umar RA.
Imam Abu Hanifah menjawab, “Tarawih itu sunnah muakkadah (ditekankan). Umar tidak pernah membuat-buat perkara baru dari dirinya sendiri dan beliau bukan seorang pembuat bid’ah."
Umar pasti mengambil keputusan berdasarkan bukti dari ajaran Rasulullah. Banyaknya sahabat yang hadir, baik dari Muhajirin maupun Anshar, tidak ada yang menolak hal itu. Sebaliknya, mereka semua setuju.
Pada zaman Rasulullah, sholat Tarawih dilakukan dalam delapan rakaat agar tidak memberatkan umat. Namun, pada masa Umar, jumlah rakaatnya ditambah menjadi 20 rakaat karena Umar percaya umat Islam pada saat itu mampu melaksanakan sholat sebanyak itu tanpa kesulitan.