Waspada, Osteoporosis Sama Fatalnya dengan Hipertensi dan Diabetes

Ilustrasi pasien osteoporosis
Sumber :
  • Eat This

BANDUNG – Kasus osteoporosis bisa dialami oleh ratusan pasien di dunia tanpa mengenali gejalanya sejak dini yang memparah kondisi tulang. Sayangnya, penyakit pengeroposan tulang ini kerap dianggap sepele dibanding dua penyakit lainnya yang dinilai lebih berbahaya seperti hipertensi dan diabetes.

Tips Mudah Merawat Baju Shimmer Supaya Makin Awet, Lebaran Makin PD

Faktanya, osteoporosis menjadi penyakit tidak menular yang juga berdampak fatal seperti diabetes dan hipertensi. Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) dr Bagus Putu Putra Suryana SpPD-KR pun menegaskan agar masyarakat mau mewaspadai penyakit ini.

"Konsekuensinya sama beratnya seperti hipertensi dan diabetes. Kalau hipertensi akan ke jantung (dampaknya), osteoporosis akan patah tulang. Meningkatkan risiko kematian juga," ujarnya dalam acara virtual Ayo Tingkatkan Kesehatan Tulang, Cegah Osteoporosis, Kamis 20 Oktober 2022.

Tren Baju Shimmer Lebaran 2024, Ini Tips Mudah Merawat Supaya Tidak Sobek

Dokter Bagus menambahkan bahwa berbahayanya osteoporosis lantaran data yang mengungkapkan, setiap tiga detik menimbulkan munculnya patah tulang pada pasien di seluruh dunia. Terlebih, kasus osteoporosis sendiri sebenarnya jauh lebih banyak dibandingkan penyakit tidak menular lainnya.

"Penderita osteoporosis jauh lebih banyak dari diabetes, jauh lebih banyak dari hipertensi, jauh lebih banyak dari penyakit kanker," kata dia.

Cara Dapat Saldo DANA Gratis Jutaan Ribu, Tanpa Syarat Apapun!

Kasus osteoporosis sendiri lebih rentan mengintai wanita dengan usia 50 tahun, yang cenderung sudah menopause, hingga 30 persen kasusnya. Dibandingkan pada pria usia atas 50 tahun sekitar 20 persen yang mengalami osteoporosis. 

Kendati begitu, banyak yang tak menyadari osteoporosis lantaran tidak bergejala. Hal itu terjadi karena tulang tak memiliki saraf seperti organ lain sehingga kerap tak menimbulkan rasa sakit atau nyeri sehingga dianggap sebagai silent disease.

Halaman Selanjutnya
img_title