Di Depan Presiden Jokowi, KH Miftachul Akhyar Bicara Soal Kewajiban Taat Kepada Pemimpin

Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar di acara Harlah Muslimat NU.
Sumber :
  • Viva.co.id

VIVA Bandung - Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar bicara soal ketaatan terhadap pemimpin di depan Joko Widodo (Jokowi) dan ratusan ribu kader Muslimat NU.

Profil Heri Hermansyah, Rektor UI Terpilih Periode 2024-2029

Menurutnya, ketaatan terhadap pemimpin sudah dijelaskan oleh Rasulullah di dalam hadisnya yang berbunyi 'Dengarkan dan taati apa yang diputuskan pimpinan kalian'.

Lanjut Akhyar, yang dimaksud kata pemimpin dalam hadis tersebut bisa diartikan sebagai pemimpin organisasi atau bisa juga presiden.

Pengusaha Muda Rizal Yakin SK Presiden Segera Sahkan Anindya Bakrie Sebagai Ketum KADIN

Mereka merupakan ulil amri yang wajib ditaati oleh umat muslim.

 "Oleh karena itu barang siapa yang memuliakan para pemimpin di dalam segala lapisan, maka Allah akan memuliakannya. Barang siapa yang menghinakan para pemimpin, menghina Presiden, Wakil Presiden, meremehkan semuanya, pemimpin organisasi, Allah akan membalasnya," kata KH Miftachul Akhyar dalam pidatonya di Harlah ke-78 Muslimat NU di GBK, Jakarta, Sabtu, 20 Januari 2024.

Konflik di Tubuh PBNU Semakin Memanas, Muktamar Luar Biasa Siap Digelar Bulan Depan

Pimpinan Pondok Pesantren Miftachus Sunnah itu menegaskan ancaman Allah bagi siapa saja yang menghinakan para pemimpinnya.

Kemudian Akhyar juga mengambil contoh ayat Al Quran surat An-Nur ayat 19. 

"Orang-orang yang senang, hobi, untuk memviralkan menyebarluaskan fahisyah, berita-berita yang tidak bagus, berita-berita yang cemar terhadap orang-orang yang telah beriman kepada Allah, apa kata Allah? Mereka akan mendapat siksa, sanksi di dunia dan akhirat, kurang apa? Mau tambahan? Apa mau minta ditambah siksa lagi," tegasnya.

Menurutnya, warga NU yang berakidah ahlussunnah tidak akan menyebarkan kesalahan saudaranya tanpa proses tabayyun (klarifikasi) terlebih dahulu.  

"Ini faham-faham kita sepertinya ini ketularan penyakit kelompok-kelompok beraliran keras," ujar Kiai Miftach.

"Saya minta NU dan Banomnya, mari beri ketaatan, karena itu maziyahnya Nahdlatul Ulama, bukan karena pimpinan ini minta ditaati, minta disembah-sembah. Ketaatan itu adalah tanda Anda-anda itu kader NU, kader ahlussunnah waljamaah," sambungnya.

Presiden Jokowi hadiri peringatan Harlah Muslimat NU ke-78.

Photo :
  • Viva.co.id

Lanjut Akhyar, meski pemimpin dari golongan budak hitam, maka wajib untuk ditaati.

Pun, manakala keputusan pemimpin tidak tepat, maka masih tetap wajib untuk ditaati. 

"Jangan demo, sabar kata Rasulullah. Tapi di Indonesia ini kita tahu sendiri mana yang layak dihormati nomor 1 atau 2," imbuhnya.