Terkuak, Isi Komunikasi Terakhir Brigadir J dengan Keluarga
- ANTARA
BANDUNG – Pengacara keluarga Brigadir Yosua atau Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak mengungkap bahwa korban peristiwa berdarah Brigadir J sempat melakukan komunikasi dengan pihak keluarga.
Komunikasi tersebut, kata Kamaruddin, melalui telepon dan pesan singkat Whatsapp keluarga 7 jam sebelum kejadian penembakan tersebut.
"Jam 10 pagi dia masih aktif komunikasi baik melalui telepon maupun Whatsapp kepada orang tuanya khususnya melalui Whatsapp keluarga," kata Kamaruddin dalam keterangannya, Selasa 19 Juli 2022.
Brigadir Yosua, lanjut Kamaruddin, melakukan komunikasi dengan ayah, ibu, kakak dan adiknya. Keluarga Brigadir Yosua waktu itu sedang berziarah ke Sumatera Utara.
Kamaruddin menambahkan, saat melakukan komunikasi tersebut, Brigadir Yosua memberitahu posisi dirinya sedang berada. Dia (Brigadir Yosua) sedang mengawal komandan atau atasannya.
"Dia berkomunikasi dengan Ayah, Ibunya, kakak dan adiknya. Mereka sedang melakukan ziarah ke Sumatera Utara di Balige. Jadi percakapan terakhir di Balige Sumatera Utara dengan korban di Magelang. Setelah jam 10 dia minta izin mengawal balik ke jakarta," ucap Kamaruddin.
Kamaruddin mengatakan, komunikasi tersebut dilakukan Brigadir Yosua kepada keluarga berselang 7 jam sebelum penembakan terjadi di rumah dinas Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo.
"Setelah jam 10 almarhum minta izin mau mengawal atasan atau komandannya yang diasumsikan perjalanan selama tujuh jam. Jadi, artinya tujuh jam jangan ada telepon dulu, karena jam 10 pagi itu di Magelang tanggal 8 juli 2022," tambah Kamaruddin.
Setelah lewat dari 7 jam, kata Kamaruddin, orang tua dari almarhum mencoba menghubungi Brigadir Yosua via telepon. Namun sudah tidak terhubung dan nomor Whatsapp keluarga sudah terblokir.
"Setelah lewat 7 jam, yaitu jam 17.00, maka orangtuanya atau keluarganya yang sedang berada di sana, di Sumatera Utara, mencoba menelepon, tidak bisa, di whatsapp ternyata sudah terblokir," tegas Kamaruddin.
"Dengan terblokirnya nomor-nomor mereka, baik kepada ayahnya, ibunya, termasuk kakak adiknya, termasuk ke whatsapp grup, maka mereka mulai gelisah, tetapi kemudian berlanjut dengan pemblokiran dan peretasan semua handphone keluarga, ayah-ibunya, handphone nya tidak bisa dipakai, kakak-adiknya semua handphone tidak bisa dipakai, kurang lebih satu minggu," tambahnya.
Oleh sebab itu, pihak keluarga menduga kasus pembunuhan Brigadir Yosua ini merupakan pembunuhan berencana.
"Artinya ini ada dugaan pembunuhan terencana sehingga bagaimana caranya handphone itu bisa dikuasai passwordnya, berarti sebelum dibunuh, ada dulu dugaan pemaksaan untuk membuka password handphone," tutup Kamaruddin.