Pakar Cina: Perang Berlanjut Usai AS dan Nato Kirim Senjata ke Ukraina

senjata tempur militer rusia
Sumber :
  • Tangkapan Layar YouTube

Bandung – Ternyata peran Amerika Serikat (AS) dan NATO yang aktif mengirim bantuan pasokan senjata ke Ukraina menjadi sebab perang antara Ukraina dan Rusia berlanjut.

Zelensky: 'Tiongkok Tidak Boleh mengabaikan Tindakan Brutal Rusia'

Pakar asal China, Wang Yiwei menyoroti hal tersebut dan menilai tindakan AS dan NATO yang terus mengirim bantuan pasokan senjata ke Ukraina, sebenarnya akan memperpanjang invasi Rusia.

Bahkan, ia memberi peringatan bahwa keterlibatan AS dan NATO yang aktif mengirim bantuan pasokan senjata, hanya akan mempengaruhi kerangka keamanan Eropa dalam jangka panjang.

Zelensky di PBB: 'Jika Ukraina Jatuh, Siap-siap Negara Lain Terancam!'

Sedangkan Rusia saat ini, dalam pandangan pakar China itu, berupaya mengambil alih Mariupol demi membuat pertahanan yang lebih tebal, di mana kota pelabuhan itu dapat menghalangi Finlandia dan Swedia yang sedang berencana bergabung dengan NATO.

Wang Yiwei, seorang pakar yang juga direktur Institut Urusan Internasional di Universitas Renmin China menyebut AS dan NATO tidak ingin invasi Rusia segera berakhir, sehingga ini alasan kuat mereka tetap mengirim bantuan pasokan senjata untuk Ukraina.

Elon Musk Terang-terangan Dukung Donald Trump Pasca Insiden Penembakan

Ini pun terlihat dari pernyataan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, menyebut invasi Rusia di Ukraina akan dapat berlangsung sampai akhir 2022.

Selain itu, pertempuran yang berlanjut akan membuat AS bebas menjatuhkan sanksi tak terduga lain kepada Rusia hingga mampu menjatuhkan Vladimir Putin.

“AS juga mengambil kesempatan ini untuk menjatuhkan apa yang disebut otonomi dan kemerdekaan Eropa dan merusak kepercayaan strategis antara China dan Rusia," tutur Wang Yiwei.

"Dengan semua masalah dalam urusan domestik AS, ia harus terus mengalihkan perhatian dan menciptakan perang untuk membuat momentum, terutama untuk Pemilu nanti," ujar Yiwei, dikutip Bandung.viva.co.id dari Global Times.

Sementara itu, tentara Ukraina yang tersisa di Mariupol diklaim menolak ultimatum Rusia untuk mereka menyerah dan meletakkan senjata.

Ini disampaikan Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal, bahwa tentara yang tersisa di Mariupol memilih tetap bertempur, alih-alih menyatakan menyerah.

"Kota ini masih belum jatuh," kata Denys Shmyhal kepada program ABC, dikutip Bandung.viva.co.id dari Reuters. (fer)