Menkes Klaim Sudah Temukan Obat Gangguan Ginjal Akut
- Pixabay
BANDUNG – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan bahwa kasus gangguan ginjal akut sudah mulai menemukan titik terang. Salah satunya, kehadiran obat yang berpotensi besar dapat mengobati balita dengan gangguan ginjal akut dengan kasusnya yang kian bertambah.
"Sekarang udah ditemukan obatnya, RSCM sebagai tim ahli ginjal nasional kita datangkan obatnya dari Singapura," ujar Menkes Budi dalam acara daring di kanal Youtube FMB9, Jumat 21 Oktober 2022.
Menurut Menkes Budi, obat asal Singapura itu menunjukkan respons positif pada beberapa pasien. Hal ini diharapkan dapat menjadi jawaban untuk wabah kasus gangguan ginjal akut yang totalnya lebih dari 200 pasien di 20 provinsi di Indonesia.
"Sudah tiba kita coba dari 6 pasien 4 positif repsonsif, jadi obat ini begitu kita lihat repsonsnya positif. Kita akan segera datangkan dalam jumlah cukup banyak agar bisa disebarkan di seluruh RS, karena ini kejadiannya sudah terindetifikasi di 20 provinsi di seluruh RI. Dengan total lebih dari 200 kasus," jelasnya.
Lebih dalam, Menkes Budi membeberkan bahwa kasus gangguan ginjal akut pada normalnya memicu kematian dengan risiko rendah yakni 1-2 kasus dalam sebulan. Sayangnya, di kasus gangguan ginjal akut kali ini melonjak dengan angka kematian hingga 36 pasien di bulan Agustus 2022.
"Kita sudah lihat ini ada warning maka melakukan penelitian. Di bulan September kita menduga ini penyebabnya adalah patogen. Patogen itu bisa virus, bakteri, atau parasit," bebernya.
Rupanya, kasus serupa pun muncul di Gambia dengan diteliti oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa penyebabnya adalah toksikologi atau keracunan tiga zat kimia dalam sejumlah obat. Pihak Kementerian Kesehatan pun mencoba mengulas kembali kasus di Indonesia yang mana di bulan Oktober 2022, kematian akibat penyakit tersebut bertambah dua kali lipat hingga 75 pasien.
"Kematian di atas 50 persen dan sebagain besar balita meninggal sehingga kita cek ginjal anak-anak yang meninggal, betul ada dampak dari senyawa kimia tersebut. Kita datangi rumahnya kita temukan ada beberapa obat yang harus kita jaga dan kemarin sudah diumumkan secara preventif dan konservatif obat yang berisiko," jelas Menkes.