Nunung Srimulat didiagnosa Idap Kanker Payudara, Kemenkes Imbau Terapkan Sadari dan Sadanis

Ruben Onsu dan Nunung Srimulat
Sumber :
  • Tangkapan Layar YouTube MOP Channel

Bandung – Kabar kurang menyenangkan datang dari komedian Nunung Srimulat, lantaran didiagnosa kanker payudara

Geram ! Erick Thohir Tuding Klub Cegah Pemain Membela Timnas Indonesia

Wanita bertubuh gempal ini mengaku sudah jarang terlihat di layar kaca karena rutin melakukan pemeriksaan dan pengobatan kanker tersebut. 

"Saya sedih, tapi saya enggak boleh marah. Saya cuma, 'ya Allah, ujian apa lagi yang harus saya jalani?' Tapi saya percaya Allah memberikan yang terbaik buat saya," terang Nunung Srimulat pada Ruben Onsu di kanal YouTube-nya, Kamis 2 Februari 2023.

Nunung Srimulat Jalani Kemoterapi Sampai Botak, Idap Penyakit Kanker

Bahkan, komedian berusia 59 tahun itu harus memulangkan sanak keluarganya kembali ke Solo karena harus fokus melakukan pengobatan kanker payudara. 

Faktanya, kondisi kanker payudara yang dialami mantan istri dari Iyan Sambiran itu sebenarnya dapat dicegah dengan konsumsi makanan yang tepat.

Perjuangan Nunung Melawan Kanker Payudara

Dokter Konsultan Spesialis Onkologi dr. Rian Fabian Sp.Onk (K) mengatakan bahwa mencegah kanker payudara sebenarnya tak melalui jalur yang sulit. 

Langkahnya bahkan terbilang mudah dan sederhana, dengan yang paling utama, mau mengenali riwayat kanker pada keluarga.

"Langkah pertama harus sadar dulu bahwa apakah perempuan ini ada risiko kanker payudara secara genetik. SADARI itu penting," ujarnya dalam temu media Hari Kanker Sedunia bersama Kementerian Kesehatan RI, Kamis 2 Februari 2023. 

Bentuk SADARI bermakna dengan Periksa Payudara Sendiri, di mana semua wanita bisa memeriksanya di rumah di waktu tertentu. Serta diimbangi dengan Periksa Payudara Klinis (SADANIS) di fasilitas kesehatan seperti puskesmas.

Kementerian Kesehatan RI mengimbau setiap perempuan untuk melakukan Sadari dan Sadanis secara berkala dengan tujuan menemukan benjolan dan tanda-tanda abnormal pada payudara sedini mungkin agar dapat dilakukan tindakan secepatnya.

Sadari dan Sadanis dapat dilakukan setiap bulan pada hari ke 7 hingga ke 10 terhitung dari hari pertama haid, atau pada tanggal yang sama setiap bulan bagi perempuan yang sudah menopause. 

"Kemudian, pemeriksaan dalam setahun sekali ke dokter. Kalau perempuan sudah usia 40 tahun ke atas, sebaiknya SADANIS untuk cegah kanker payudara," bebernya.

Dengan melakukan Sadari dan Sadanis secara berkala, kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dan meningkatkan angka harapan hidup pada penderitanya. 

Selain itu, kedua pemeriksaan tersebut harus diimbangi dengan pola hidup sehat yakni olahraga rutin dan makanan sehat.

Olahraga dianjurkan 30-60 menit sehari dengan tanpa istirahat sehingga gerakannya teratur dan terpantau. 

Langkah lain yang kerap diabaikan, salah satunya dengan menghindari makanan yang mengandung radikal bebas.

"Saya sarankan untuk pasien adalah pola hidup sehat. Kanker bukan hanya genetik tapi dari luar. Ada hantaman dari luar. Stres dari makanan mengandung radikal bebas, stres dari dalam. Kita lakukan adalah kurangi makanan mengandung radikal bebas pada yang memiliki risiko kanker payudara," jelasnya. 

Kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian pertama akibat kanker. 

Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. 

Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus. Sebab, 70 persen dideteksi sudah di tahap lanjut sehingga sekitar 43 persen kematian akibat kanker bisa dikalahkan manakala pasien rutin melakukan deteksi dini dan menghindari faktor risiko penyebab kanker. 

Selain angka kematian yang cukup tinggi, penanganan pasien kanker yang terlambat menyebabkan beban pembiayaan yang kian membengkak. Pada periode 2019-2020, pengobatan kanker telah menghabiskan pembiayaan BPJS kurang lebih 7,6 triliun rupiah.