Sejarah PSK Indonesia Kisah Kelam Seks Wanita Pribumi Zaman Kolonial

wanita PSK masa kolonial Belanda
Sumber :
  • istimewa

Gemser Brinkman adalah contoh hidung belang (KBBI: Laki-laki yang gemar mempermainkan perempuan) terhormat, tapi hukum kolonial tak memberi ampun padanya. Sosoknya sebagai kulit putih tentu bikin orang Belanda moralis terkejut. Ternyata dari ras mereka ada hidung belang yang merangkap pembunuh keji.

Lolos ke Perempat Final, Mungkinkah Timnas Indonesia U-23 Bisa Berlaga di Olimpiade Paris 2024?

Gemser Brinkman bukan satu-satunya orang Belanda terhormat yang punya kasus seksual yang unik. Buku Musim Berganti: Sekilas Sejarah Indonesia 1925-1950 (1985: 51-52) yang disusun Rosihan Anwar dan Selamat Berpisah, Sampai Berjumpa di Saat yang Lebih Baik (1988: 17) karya J. C. Bijkerk juga mencatat adanya pejabat tinggi kolonial yang kedapatan menyetubuhi bocah pribumi laki-laki di sebuah hotel sekitar 1938.

Pejabat ini akhirnya dipenjara di Sukamiskin selama satu setengah tahun. Selain itu, ada juga direktur MULO yang bunuh diri karena takut aksi homoseksualnya kepada anak-anak ketahuan. Di masa kolonial, pilihan laki-laki Belanda untuk melepas hasrat seksual tidaklah banyak. Mereka sulit menemukan perempuan Belanda. Akhirnya, banyak perempuan pribumi mereka jadikan nyai.

Kata PSSI Soal Hengkangnya Nathan Tjoe-A-On dari Timnas Usai Masuk Perempat Final

Pilihan lain: bercinta dengan pembantu mereka atau pergi ke rumah pelacuran. Hidung belang tentu saja tak melulu orang Belanda. Golongan lain seperti orang Tionghoa pun ada juga yang hidung belang. Oey Tambahsia adalah yang paling terkenal. Di jajaran orang-orang Indonesia pun tak kalah banyaknya. Tak heran, pelacuran bukan hal luar biasa di masa lalu, bahkan hingga sekarang.

Pelacuran di masa kolonial juga terkait dengan militer. Pelacuran menjadi pemikat tersendiri bagi para pemuda yang ingin bergabung di militer. “Akses terhadap pelacuran menjadi salah satu daya tarik untuk menjadi tentara,” tulis Budi Susanto dan ‎A. Made Tony Supriatma dalam ABRI: Siasat Kebudayaan, 1945-1995 (1995: 17).

Meski Terbentur Aturan FIFA, PSSI Usahakan Maarten Paes Gabung Timnas Indonesia

Setidaknya, bayaran sebagai serdadu memungkinkan mereka menikmati pelacuran. Bagaimana pun di militer kolonial (KNIL) terdapat juga orang-orang Belanda yang belum bisa memperistri orang Belanda. Mereka yang cukup uang, biasanya perwira, bisa punya nyai (perempuan yang mengurus rumah tangga merangkap teman tidur). Serdadu bawahan biasanya terjebak dalam dunia pelacuran sebagai pelanggan. Ada juga di antara serdadu-serdadu pribumi yang beristri.

Di mana mereka bertugas, anak dan istri mereka biasanya ikut dibawa. Persetubuhan, terutama dengan pasangan tetap, dianggap sebagai sesuatu yang menyehatkan. Di KNIL, seperti diakui salah satu mantan anggotanya, Boediardjo—yang belakangan jadi Menteri Penerangan di awal Orde Baru, perempuan cukup direndahkan martabatnya. Mengatasi masalah seksual pun diajarkan di sana.

Halaman Selanjutnya
img_title