Memotret Politik Pendidikan

Guru Besar Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Asep Sunandar, S.Pd. M.AP
Sumber :
  • Dokumentasi Pribadi

Kampanye pemilu memang selalu bernuansa angin surga, ada anekdot kalau belum terpilih merayu mendekati rakyat, namun jika sudah terpilih melupakan rakyat. Atau ada juga istilah penyakit 5 tahunan, ingat rakyat jika akan pemilu setelahnya sibuk untuk memperkuat kekuasaan. Maka rakyat menjadi apatis atas janji-janji politik, rakyat menjadi berpikiran pragmatis, karena janji-janji yang sering tidak dipenuhi. Rakyat lebih memilih 100 atau 200 ribu rupiah dibandingkan dengan program beasiswa pendidikan S1 gratis. Kampanye lebih efektif dengan nominal dibandingkan dengan paparan visi dan program hasil kajian akademik. Hal ini juga mengkondisikan para legislator yang tidak banyak menyiapkan amunisi kampanye dengan ide brilian dan pendekatan ke masyarakat yang simultan. Para calon legislator umumnya berpandangan buat apa pendekatan dan membangun kebersamaan dengan rakyat jika pada akhirnya ada “serangan fajar” yang membuat suara pemilih beralih ke yang memberi materi. Kesemerawutan politik Indonesia harus segera diakhiri, jika Indonesia ingin mewujudkan visi Indonesia emas 2045 maka sudah sepatutnya kita tinggalkan politik culas dan adu materi nominal, mari bangun Indonesia dengan pokitik sehat, tidak mendewakan materi, pilihlah Caleg dan Capres yang mempunyai ide dan gagasan serta niat suci untuk memajukan bangsa dan seluruh rakyat Indonesia. 

Melalui Wawancara, Prabowo Beberkan Urgensi Program Makan Siang dan Susu Gratis ke Pihak Al Jazeera

*) Penulis adalah Guru Besar Universitas Negeri Malang