Fajri, Pria Obesitas dari Tangerang Itu Ternyata Depresi dan Tidak Pernah Keluar Kamar
Viva Bandung – Muhammad Fajri, pria obesitas dengan bobot yang hampir mencapai 300 kg itu menjadi sorotan masyarakat karena kondisinya yang sudah sangat memburuk.
Fajri saat ini dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakara. Kondisinya yeng menurun tidak hanya pada sistem pernapasan, tetapi pria 27 tahun ini juga sempat mengidap masalah mental yang diduga depresi.
Saat ini, pria asal Tangerang itu harus dirawat di ruangan khusus dengan alat medis yang berbeda karena sulitnya penanganan pada tubuhnya oleh tim dokter. Menurut Dr. Sidharta Kusuma Manggala, KSM Anestesiologi dan Perawatan Intensif RSCM, Fajri diketahui memiliki depresi usai dirawat beberapa hari di RSCM.
"Ada riwayat depresi juga dari pemeriksaan. Depresinya itu ketahuan pas di sini (RSCM)," ujarnya dalam konferensi pers.
Dr. Sidharta juga menjelaskan bahwa tim medis masih menelusuri penyebab depresi yang dialami oleh Fajri. Menurutnya, kemungkinan depresi ini berkaitan dengan kesehatan fisik yang mengalami gangguan, hingga membuatnya enggan keluar kamar selama setahun.
"Ya pasti ada hubungannya. Bayangin aja, kita nggak keluar rumah aja stres, dia (Fajri) nggak keluar kamar setahun. Padahal setahun yang lalu dia masih bisa nyetir motor," tambahnya.
Meski demikian, tim medis masih mencari tahu lebih dalam mengenai penyebab depresi tersebut, sehingga membutuhkan pendampingan dari psikiater.
Dr. Arta juga menambahkan bahwa Fajri memiliki sejumlah masalah kesehatan fisik yang jadi prioritas pengobatan.
"Prosedurnya cukup banyak dan cukup kompleks. Kondisinya ini membuat banyak komplikasi di organ tubuh lainnya, jadi nanti kita pada akhirnya akan melakukan tindakan sesuatu sesuai indikasi," kata dokter Arta.
Sementara menurut Dr. Lies Dina Liastuti, Direktur Utama RSCM, kondisi Fajri ketika dirujuk dari RSUD Tangerang tampak kelelahan. Fajri juga mengalami kesulitan bernapas dan bergerak, sehingga tim dokter perlu memeriksa sejumlah organnya.
"Kita sedang memeriksa ada beberapa yang sudah ada hasilnya, antara lain fungsi jantung, paru, ginjal sampai hati kita harus periksakan. Bagaimana yang lain-lain kita harus pastikan apakah perlu diskusi dengan tim dari penyakit langka," ujar dokter Lies.
Tim medis juga tidak dapat memastikan peluang kesembuhan Fajri karena keadaannya yang langka. Proses pengobatan membutuhkan berbagai alat perawatan dan waktu yang cukup lama. Tim dokter pun harus multidisiplin agar benar-benar menangani dengan tepat. Salah satu yang paling disorot adalah pada sistem pernapasannya.
"Melihat kasus ini kayanya agak lama (sembuh). Kita harus berpikir mengenai kondisi berat saja bagaimana harus lepas dari ventilator. Kita tak mungkin lepas dalam 1-2 hari," ujar dokter Lies. Lebih dalam, tim medis saat ini sedang berupaya untuk menstabilkan kondisi Fajri yang mengalami penurunan sistem pernapasan sehingga butuh alat penunjang napas tersebut. Selain itu, dokter menyoroti sejumlah luka yang ada di tubuh Fajri untuk segera diobati.
"Lukanya juga banyak. Saking besarnya gesekan antar anggota tubuh jadi bikin luka, misalnya di paha dan punggung karena dia terus terlentang," ungkapnya.