Begini Kondisi Pasien Gagal Ginjal Akut Usai Diberi Fomepizole
- Pixabay
BANDUNG – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyiapkan penawar racun atau antidotum fomepizole untuk pasien gangguan ginjal akut di Indonesia. Antidotum tersebut didatangkan dari luar negeri mulai dari Singapura, Australia, Jepang, hingga Amerika Serikat.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. M Syahril menuturkan bahwa pemilihan fomepizole sebagai antidotum pasien gangguan ginjal akut lantaran obatnya siap pakai. Selain itu, efektivitasnya sudah teruji baik untuk kondisi pasien anak yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Efektivitas sudah teruji yang memang sangat baik. Dari 11 pasien, sepuluhnya memberikan perbaikan klinis yang bermakna," ujar Syahril dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Selasa 25 Oktober 2022.
Syahril menambahkan bahwa kandungan ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE) tidak diperbolehkan di obat sirup. Namun, bahan kimia tersebut sebagai cemaran dari campuran pelarut-pelarut yang ada di obat.
"Sehingga ini yang menjadikan intoksikasi pada ginjal anak-anak tersebut," tambah Syahril.
Antidotum tersebut juga dipilih lantaran Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mencatat bahwa efektivitasnya tinggi di atas 90 persen. Dosisnya atau syarat pemberian pada pasien anak tersebut yakni menunjukkan gejala gangguan ginjal yang diduga karena intoksikasi, serta terjadi pengurangan frekuensi buang air kecil (BAK) dan jumlah air seninya yang menurun.
Dari hasil pemberian obat Fomepizol di RSCM, 10 dari 11 pasien terus mengalami perbaikan klinis. Tidak ada kematian dan tidak ada perburukan lebih lanjut. Anak sudah mulai dapat mengeluarkan air seni (BAK). Dari hasil pemeriksaan laboratorium, kadar etilen glikol (EG) dari 10 anak tersebut sudah tidak terdeteksi zat berbahaya tersebut.