Pemerkosaan Berakibat Fatal, Ini 8 Dampak Buruk Kekerasan Seksual
- freepik
Mungkin menakutkan menyaksikan seseorang yang mengalami pemisahan diri dari dunia nyata (untuk dibedakan dengan isolasi), namun kondisi ini merupakan reaksi alami terhadap trauma.
4. Gangguan makan
Kekerasan seksual dapat mempengaruhi penyintasnya dalam berbagai cara, termasuk persepsi diri terhadap tubuh dan otonomi pengendalian diri dalam kebiasaan makan.
Beberapa orang mungkin menggunakan makanan sebagai pelampiasan mengatasi trauma, untuk merasa kembali memegang kendali atas tubuhnya, atau mengimbangi perasaan dan emosi yang membuatnya kewalahan. Tindakan ini hanya memberikan suaka sementara, tetapi memiliki kemampuan untuk merusak tubuh dalam jangka panjang.
Ada tiga tipe gangguan makan, yaitu: anorexia nervosa, bulimia nervosa, dan binge eating. Namun demikian, masih mungkin untuk penyintas terlibat dalam gangguan pola makan di luar dari ketiga kondisi ini yang terhitung sama berbahayanya.
Dilansir dari Medical Daily via hellosehat.com, bulimia dan anoreksia umum ditemukan pada wanita dewasa penyintas kekerasan seksual saat anak-anak.
Dalam sebuah studi dari University of Melbourne, peneliti menelaah keterkaitan antara kekerasan seksual saat kanak-kanak (sebelum usia 16 tahun) dan awal dari timbulnya dua gangguan makan ini pada wanita.
Terhitung 1,936 partisipan yang terlibat dalam penelitian berkelanjutan selama 11 tahun berusia rata-rata 15 -24 tahun, mereka yang mengalami dua atau lebih serangan seksual memiliki peningkatan hampir lima kali lipat menunjukkan sindrom bulimia daripada mereka yang hanya mengalami satu kali kekerasan seksual, dengan peluang 2,5 kali lipat.
5. Hypoactive sexual desire disorder
Hypoactive sexual desire disorder (IDD/HSDD) adalah kondisi medis yang menandakan hasrat seksual rendah. Kondisi ini juga umum disebut apatisme seksual atau keengganan seksual.
HSDD dapat menjadi kondisi primer atau sekunder, yang bisa memberikan perbedaan besar dalam perencanaan pengobatan. Kondisi primer adalah jika seorang individu tidak pernah mengalami atau memiliki hasrat seksual, dan jarang (jika pernah) terlibat dalam hubungan seksual tidak memulai dan tidak merespon terhadap rangsangan seksual dari pasangannya.